Bisnis.com, JAKARTA - Israel membunuh pimpinan Hizbullah, Hassan Nasrallah, di Ibu Kota Lebanon, Beirut, pada Jumat (27/9/2024) lalu.
Sejalan dengan pembunuhan ini, Israel sebelumnya telah melakukan penyerangan tanpa henti di Lebanon. Tentara IDF pun menargetkan wilayah yang menjadi basis para pejuang Hizbullah di Lebanon Selatan.
Puncaknya, Israel melakukan serangan di Kota Beirut, Lebanon dan menghantam sebuah gedung yang diduga menjadi lokasi keberadaan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah pada Jumat lalu.
Pengeboman terhadap tempat Hassan Nasrallah itu dilakukan bertepatan dengan pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di PBB pada hari yang sama.
Dalam laporan New York Times, Israel menjatuhkan lebih dari 80 bom di Lebanon, yang diduga untuk membunuh Hassan Nasrallah.
Kemudian dalam video yang dirilis oleh tentara Israel, terlihat sedikitnya lima belas bom penghancur bunker BLU-109 seberat 2.000 pon dijatuhkan di Lebanon.
Baca Juga
Termuan NYTimes, serangan brutal ini terjadi di pinggiran selatan Beirut itu menghancurkan sedikitnya empat gedung apartemen setinggi tujuh lantai.
Sempat terjadi simpang siur menengani kabar nasib Hassan Nasrallah, terutama di media sosial. Akun-akun anti-Israel dan pendukun Hizbullah memposting bahwa Hassan Nasrallah berada dalam kondisi baik dan hidup pasca serangan Israel.
Namun demikian, selang beberapa lama, pihak Israel mengeluarkan pernyataan untuk memastikan kematian pemimpin Hizbullah tersebut.
“Hassan Nasrallah, pemimpin pasukan Hizbullah, dibunuh oleh Pasukan Pertahanan Israel dalam sebuah serangan tepat sasaran di Beirut tadi malam, saat ia berada di Markas Pusat Hizbullah yang memimpin serangan yang lebih gencar terhadap rakyat Israel,” kata Juru Bicara Militer Israel, Daniel Hagari, dikutip dari laman resmi Israel Defence Force (IDF), Minggu (29/9/2024).
Hassan Nasrallah adalah buronan papan atas negeri Zionis. Israel menuding bahwa selama beberapa dekade Hassan Nasrallah, mengatur serangan yang tak terhitung jumlahnya.
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Aragchi dalam keterangan resminya menuturkan bahwa serangan Israel di wilayah Dahiyeh di Beirut merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang, serta menunjukkan bahwa rezim tersebut merupakan ancaman terbesar bagi perdamaian dan keamanan regional dan internasional.
Abbas meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengakhiri ketidakpedulian dan kelambanannya dengan mengambil langkah-langkah serius untuk menghentikan mesin pembunuh Israel. Iran, kata dia, juga menuntut Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk mengadakan pertemuan luar biasa para pemimpin organisasi tersebut sesegera mungkin guna menangani situasi tersebut.
“Sambil menyampaikan simpati saya kepada bangsa dan pemerintah Lebanon, saya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga para martir atas kejahatan besar tersebut. Pemerintah Republik Islam Iran akan mendukung bangsa Lebanon dan poros perlawanan,” jelas Abbas sebagaimana dilansir di laman resmi Kementerian Luar Negeri Iran.