Bisnis.com, JAKARTA - Israel melakukan serangan udara terhadap markas besar Hizbullah di ibu kota Lebanon, Beirut, yang mengincar pemimpin kelompok tersebut, Hassan Nasrallah. Insiden ini merupakan serangan terbesar yang terjadi di Beirut dalam hampir dua dekade dan memicu kekhawatiran meluasnya konflik di Timur Tengah
Dilansir Bloomberg pada Sabtu (28/9/2024), Juru Bicara Israel Defence Forces (IDF), Daniel Hagari menyebut, pasukan Israel melakukan serangan presisi pada Jumat waktu setempat terhadap pusat komando Hizbullah. Hingga kini, pasukan Israel masih mengkaji lebih lanjut hasil dari serangan tersebut.
Adapun, Israel mempercayai bahwa pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah berada di lokasi serangan, menurut seorang pejabat Israel yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena membahas informasi sensitif. Hingga kini, keberadaan pemimpin Hizbullah tersebut belum dapat diverifikasi.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan enam orang dipastikan tewas dan jumlah korban diperkirakan akan bertambah. Kantor Berita Nasional yang dikelola pemerintah mengatakan enam bangunan di lingkungan padat penduduk Haret Hreik rata dengan tanah, dan rekaman menunjukkan petugas penyelamat menarik anak-anak dari bawah reruntuhan.
Hizbullah membalasnya dengan tembakan roket ke seluruh Israel utara. Sirene terdengar di kota Safed, tempat IDF mengatakan sebuah rumah terkena dampak langsung, dan di Nahariya dan Karmiel.
Serangan itu terjadi tak lama setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji untuk terus melancarkan serangan terhadap Hizbullah yang bertentangan dengan upaya pimpinan AS untuk mencapai gencatan senjata. Pernyataan itu diungkapkan Netanyahu saat berpidato di depan Majelis Umum PBB di New York.
Baca Juga
Israel telah membombardir Lebanon selatan sepanjang minggu ini, setelah mengatakan pihaknya mengalihkan fokus operasi militernya dari kampanye yang masih berlangsung melawan Hamas di Gaza. Hizbullah meningkatkan serangan roket sebagai tanggapan, menembaki Tel Aviv dan kota-kota Israel lainnya.
Pada Jumat malam, Pasukan Pertahanan Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diposting di X bahwa Angkatan Udara Israel sedang melakukan serangan terhadap situs Hizbullah “di wilayah Beirut.”
“Sasaran yang diserang adalah fasilitas produksi senjata, bangunan yang digunakan untuk menyimpan senjata canggih, dan pusat komando utama organisasi teroris,” kata IDF.
Serangan tersebut semakin meningkatkan kekhawatiran meluasnya konflik tersebut yang dapat menyeret AS dan pendukung Hizbullah, Iran, untuk terlibat. Kedutaan Besar Iran di Beirut menyebut serangan udara hari Jumat itu sebagai eskalasi berbahaya yang mengubah situasi dan mengatakan Israel akan dihukum setimpal.
Washington “tidak memiliki peringatan dini” mengenai serangan terbaru Israel, kata juru bicara Pentagon Sabrina Singh kepada wartawan. Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan AS masih mengumpulkan informasi tentang serangan Israel, dan memperingatkan bahwa eskalasi yang terjadi selama seminggu terakhir telah membuat kawasan dan dunia menghadapi momen berbahaya.
AS telah meningkatkan dukungan militer dan keuangan untuk Israel sejak konflik Gaza dimulai hampir setahun lalu. Pemerintahan Biden juga menyatakan rasa frustrasinya terhadap pemerintahan Netanyahu karena gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata, dan berupaya mencegah perang yang lebih luas.