Bisnis.com, JAKARTA - Israel dikabarkan tengah menyiapkan serangan daratan untuk memasuki Lebanon, di tengah isu gencatan senjata di Gaza.
Letjen Herzi Halevi, kepala staf Angkatan Pertahanan Israel, mengatakan kepada tentara untuk bersiap menghadapi kemungkinan serangan ke Lebanon, di mana mereka akan “masuk, menghancurkan musuh di sana dan menghancurkan” infrastruktur Hizbullah.
Pada Rabu (25/9), Israel telah memanggil dua brigade cadangan untuk melancarkan sasaran yang dikatakan terkait dengan Hizbullah, dan ketika kelompok militan Lebanon melancarkan serangan udara terhadap Israel.
Melansir CBS, militer Israel mengisyaratkan kemungkinan operasi darat dan bersiap untuk “manuver dan tindakan” melawan kelompok yang didukung Iran. Hal ini terjadi setelah lebih dari seminggu serangan udara yang menurut para pejabat Lebanon telah menewaskan lebih dari 600 orang dan membuat ribuan orang mengungsi.
Amerika telah mendesak Israel untuk fokus pada diplomasi dibandingkan meningkatkan perlawanannya terhadap Hizbullah.
Pihak AS juga khawatiran mengenai berkembangnya perang besar-besaran antara musuh lama, yang dapat berubah menjadi konflik yang lebih luas yang menempatkan pasukan Amerika di Timur Tengah pada risiko yang lebih besar dan mengganggu stabilitas negara di wilayah yang bergejolak.
Baca Juga
“Kami telah memasuki fase baru kampanye ini,” kata Mayor Jenderal Ori Gordin, komandan Pasukan Pertahanan Israel di bagian utara negara itu, Selasa, menurut sebuah pernyataan yang dirilis Rabu oleh IDF.
Namun isyarat manuver darat ini belum jelas, apakah Israel dan Hizbullah akan bertempur langsung di Lebanon untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun, atau tidak.
Di sisi lain, pada Rabu malam, Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Noël Barrot mengatakan kepada dewan keamanan PBB bahwa Perancis dan Amerika Serikat sedang mengembangkan “platform gencatan senjata sementara selama 21 hari untuk memungkinkan negosiasi.”
Dia pun menambahkan bahwa “perang tidak bisa dihindari.”
Sedangkan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres sangat khawatir dengan situasi yang meningkat di sepanjang Garis Biru dan banyaknya korban sipil, termasuk anak-anak dan perempuan, yang dilaporkan oleh otoritas Lebanon.
Juru bicara PBB Stéphane Dujarric menyebutkan bahwa ribuan orang lainnya yang mengungsi di tengah kampanye pengeboman Israel yang paling gencar sejak Oktober.
"Sekretaris Jenderal juga sangat khawatir dengan serangan terus-menerus oleh Hizbullah ke Israel. Ia menyatakan keprihatinan yang mendalam atas keselamatan warga sipil di kedua sisi Garis Biru, termasuk personel PBB, dan mengutuk keras hilangnya nyawa."
Di Lebanon, dilaporkan bahwa orang-orang di selatan menerima pesan telepon dan media sosial pada hari Senin dari militer Israel yang memberi tahu mereka untuk menjauh dari bangunan atau desa mana pun yang terkait dengan kelompok militan Hizbullah.
Kelompok bersenjata itu dilaporkan meluncurkan sekitar 150 proyektil ke Israel utara selama akhir pekan, yang merupakan serangan terbaru dari serangkaian serangan Hizbullah yang dimulai tak lama setelah perang meletus di Gaza, dan yang telah menyebabkan sekitar 60.000 warga Israel mengungsi hingga saat ini.
Di Lebanon selatan, sekitar 30.000 orang telah mengungsi dari rumah mereka.