Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Israel Vs Hizbullah Makin Panas, PBB Khawatir Konflik Meluas

Aksi saling serang antara pasukan Israel dengan Hizbullah dikhawatirkan memicu ketegangan kawasan Timur Tengah.
Pemimpin Hizbullah Lebanon Sayyed Hassan Nasrallah muncul di layar saat ia berbicara kepada para pendukungnya dalam upacara untuk menghormati pejuang yang tewas dalam eskalasi baru-baru ini dengan Israel, di pinggiran selatan Beirut, Lebanon 3 November 2023. REUTERS/Mohamed Azakir
Pemimpin Hizbullah Lebanon Sayyed Hassan Nasrallah muncul di layar saat ia berbicara kepada para pendukungnya dalam upacara untuk menghormati pejuang yang tewas dalam eskalasi baru-baru ini dengan Israel, di pinggiran selatan Beirut, Lebanon 3 November 2023. REUTERS/Mohamed Azakir

Bisnis.com, JAKARTA -- Aksi saling serang antara pasukan Israel dengan Hizbullah dikhawatirkan memicu ketegangan kawasan Timur Tengah. Israel, seperti diketahui, telah melancarkan serangan udara besar-besaran di Lebanon Selatan, sebuah kawasan tempat beroperasinya pasukan Hizbullah.

Sementara itu, Hizbullah tidak tinggal diam, mereka mengirimkan pesawat nir awak alias drone intai maupun drone bunuh diri ke wilayah Israel. Mereka juga semakin intens menyerang wilayah pendudukan Israel, dengan roket-roket maupun rudal berbagai macam ukuran.

Konflik antara Israel dan Hizbullah merupakan episode ketegangan kawasan yang sudah dimulai sejak Israel secara membabi-buta menyerang Gaza Palestina. Serangan Israel menewaskan puluhan ribu warga Gaza, sebagian dari mereka anak-anak. Di Lebanon, korban serangan udara Israel mencapai ratusan orang.

Hanya saja, intensitas konflik antara Israel dengan Hizbullah telah memicu kekhawatiran banyak pihak, tidak terkecuali bangsa-bangsa Barat, yang selama ini merupakan standar ganda dalam melihat konflik di Timur Tengah. Apalagi Hizbullah adalah salah satu proxy Iran, negara di kawasan Teluk yang memiliki reputasi persenjataan mutakhir. 

Industri militer Iran telah meningkat secara signifikan kendati dibanjiri sanksi dari negara-negara Barat. Iran mampu memproduksi senjata-senjata konvensional termasuk di dalamnya, roket, rudal balistik, hingga rudal jelajah. Negeri pada Mullah itu juga menjadi produsen pesawat nir awak alias drone bunuh diri paling penting dan beberapa jenisnya sudah teruji di medan tempur alias battle proven di berbagai medan mulai dari konflik di kawasan Timur Tengah hingga Rusia vs Ukraina di Eropa Timur.

Namun yang membuat Barat ketar-ketir adalah adanya dugaan Iran memiliki kemampuan untuk mengembangkan bahkan membuat senjata non konvensional, salah satunya rudal-rudal yang mampu membawa hulu ledak nuklir.

Selain kemampuan militer, Iran juga memiliki jaringan yang kuat dengan beberapa negara atau kelompok di kawasan Timur Tengah. Di Iraq, mereka memiliki relasi kuat dengan beberapa organisasi, terutama yang berhaluan Syiah. Iran juga memiliki relasi yang kuat dengan Houthi di Yaman, Hamas di Gaza Palestina, Hizbullah di Lebanon, dan rezim Bashar Al Assad serta organisasi-organisasi milisi di Suriah.

Sebaliknya Israel memiliki dukungan yang nyaris tidak terbatas. Israel didukung negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat. Mereka memiliki persenjataan mutakhir dan sistem intelejen yang cukup mumpuni. Serangan 'ledakan' pagar Hizbullah ditengarai sebagai bagian dari operasi intelijen Israel.

Seruan PBB 

Dilansir dari laman resmi PBB, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres sangat khawatir dengan situasi yang meningkat di sepanjang Garis Biru dan banyaknya korban sipil, termasuk anak-anak dan perempuan, yang dilaporkan oleh otoritas Lebanon.

Juru bicara PBB Stéphane Dujarric menyebutkan bahwa ribuan orang lainnya yang mengungsi di tengah kampanye pengeboman Israel yang paling gencar sejak Oktober.

"Sekretaris Jenderal juga sangat khawatir dengan serangan terus-menerus oleh Hizbullah ke Israel. Ia menyatakan keprihatinan yang mendalam atas keselamatan warga sipil di kedua sisi Garis Biru, termasuk personel PBB, dan mengutuk keras hilangnya nyawa."

Di Lebanon, dilaporkan bahwa orang-orang di selatan menerima pesan telepon dan media sosial pada hari Senin dari militer Israel yang memberi tahu mereka untuk menjauh dari bangunan atau desa mana pun yang terkait dengan kelompok militan Hizbullah.

Kelompok bersenjata itu dilaporkan meluncurkan sekitar 150 proyektil ke Israel utara selama akhir pekan, yang merupakan serangan terbaru dari serangkaian serangan Hizbullah yang dimulai tak lama setelah perang meletus di Gaza, dan yang telah menyebabkan sekitar 60.000 warga Israel mengungsi hingga saat ini.

Di Lebanon selatan, sekitar 30.000 orang telah mengungsi dari rumah mereka.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper