Bisnis.com, JAKARTA — Paus Fransiskus akan terlibat dalam proyek karya seni kolektif saat berkunjung ke Indonesia pada 3–6 September 2024.
Proyek karya seni kolektif bertajuk Hati Polyhedron: Simbol Persatuan dalam Keberagaman (The Hati Polyhedron Project: A Symbol of Unity in Diversity) itu dinisiasi oleh Scholas Occurrentes.
Scholas Occurrentes sendiri merupakan sebuah gerakan pendidikan internasional yang dimotori kaum muda dan diluncurkan secara global pada 2013 oleh Paus Fransiskus.
Proyek ini melanjutkan program serupa yang berhasil menuntaskan karya seni kolektif terpanjang di dunia pada tahun lalu. Pada 2023, Paus bernama asli Jorge Mario Bergoglio ini juga terlibat dalam proyek seni di Cascais, Portugal.
Pablo Palmeyro, Project Manager of The Hati Polyhedron, menjelaskan Scholas Occurrentes melibatkan 1.500 peserta yang secara kolektif menciptakan karya seni berbentuk bidang ruang atau polihedron.
Karya seni tersebut melambangkan jantung Indonesia yang mencerminkan kekayaan keragaman budaya di Tanah Air. Karya seni itu akan mewakili semboyan nasional Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika atau persatuan dalam keberagaman.
Baca Juga
Setiap sisi polihedron menceritakan kisah para pesertanya dengan memadukan pendidikan, seni, dan teknologi untuk melambangkan bagaimana setiap individu berkontribusi pada komunitas global yang lebih hidup dan bermakna.
“Karya ini melambangkan bagaimana setiap individu berkontribusi pada komunitas global yang lebih dinamis dan bermakna,” jelasnya di sela-sela konferensi pers, Senin (2/9/2024).
Karya seni tersebut dibuat dengan menggabungkan barang-barang pribadi dari para peserta sehingga akan menciptakan ruang sakral yang menyimpan kenangan dan menandakan komunitas bersama.
Proyek polihedron ini menggunakan tiga jenis material yakni elemen alami, elemen kain, dan elemen daur ulang. Dengan begitu, karya seni tersebut selaras dengan pesan lingkungan dari ensiklik Paus Fransiskus, Laudato Si' dan Laudato Deum.
“Material-material ini dipilih dengan cermat untuk mencerminkan komitmen dalam merawat rumah kita bersama dan mengatasi tantangan iklim,” demikian keterangan resmi Scholas Occurrentes.
Uniknya, para peserta proyek seni kolektif Hati Polyhedron melibatkan individu dari beragam latar belakang, mulai dari peserta program pendidikan Scholas Occurrentes di Jakarta, peserta lokakarya di Bali, Lombok, dan Labuan Bajo, termasuk narapidana dari tiga fasilitas penjara anak, wanita, dan pria.
Sama seperti proyek mural di Cascais, Paus Fransiskus akan terlibat dalam proyek Hati Polyhedron.
Jika di Portugal dia membuat sapuan kuas terakhir, maka di Indonesia Paus Fransiskus akan memugasnya dengan menambahkan objek pribadi pada polihedron tersebut.
Marcellus Rafi, Architecture and Designer The Hati Polyhidron, menambahkan bahwa instalasi seni ini disusun dari fabrikasi berbentuk segi tiga dan dikumpulkan dari berbagai daerah.
“Mereka [Scholas Occurrentes] bergerilya ke berbagai daerah, kemudian disimulasi dalam fabrikasi berbentuk segi tiga yang dikumpulkan di sini dan disusun dalam bentuk yang dinamis,” jelasnya.
Adapun, Paus Fransiskus dijadwalkan tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada 3 September sore. Setelah itu, Paus Fransiskus akan beristirahat lebih dulu sebelum melakoni sejumlah agenda di Jakarta pada esok hari.
Pada 4 September pagi, Paus Fransiskus diagendakan akan bertemu dengan Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara. Selanjutnya, imam Katolik bernama asli Jorge Mario Bergoglio itu akan bertemu dengan para imam Serikat Yesus di Gereja Katedral Jakarta serta menemui kelompok pemuda para religius di belakang Katedral.
Salah satu agenda penting lainnya dalam lawatan adalah pertemuan Paus Fransiskus dengan para pemimpin lintas agama di Masjid Istiqlal. Pertemuan disebut memiliki peran penting karena menjadi simbol persatuan dan toleransi antar umat beragama di Indonesia.
Dari Istiqlal, Paus Fransiskus akan melanjutkan agendanya, yakni memimpin Misa Kudus di Stadion GBK dan Stadion Madya, Senayan, Jakarta. Agenda terakhir ini rencananya dihadiri oleh sekitar 86.000 umat Katolik.