Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Zelensky Akan Sampaikan Rencana Akhiri Perang Rusia-Ukraina ke Joe Biden

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan menyampaikan rencana mengakhiri perang dengan Rusia kepada Presiden AS Joe Biden dan dua calon penggantinya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menghadiri pertemuan tahunan ke-54 World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, 16 Januari 2024./Reuters
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menghadiri pertemuan tahunan ke-54 World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, 16 Januari 2024./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan perang dengan Rusia pada akhirnya akan berakhir dengan dialog. Akan tetapi, Kyiv harus berada dalam posisi yang kuat.

Seiring dengan hal tersebut, Zelenskiy akan menyampaikan rencana itu kepada Presiden AS Joe Biden dan dua calon penggantinya.

Mengutip Reuters pada Rabu (28/8/2024), Zelenskiy dalam konferensi pers, mengatakan serangan Kyiv ke wilayah Kursk di Rusia yang telah berlangsung selama tiga minggu adalah bagian dari rencana tersebut. Namun upaya ini juga mencakup langkah-langkah lain di bidang ekonomi dan diplomatik.

"Poin utama dari rencana ini adalah untuk memaksa Rusia mengakhiri perang. Dan saya sangat menginginkan agar ini adil bagi Ukraina," katanya kepada wartawan di Kyiv mengenai perang yang dilancarkan oleh invasi besar-besaran Rusia di Ukraina pada Februari 2022.

Adapun, dia tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai langkah selanjutnya, namun mengatakan Zelenskiy juga akan mendiskusikan rencana tersebut dengan Wakil Presiden Partai Demokrat Kamala Harris dan mungkin juga dengan Donald Trump dari Partai Republik, dua calon presiden AS.

Zelenskiy mengatakan dia berharap bisa pergi ke Amerika Serikat pada September untuk menghadiri Majelis Umum PBB di New York dan dia sedang bersiap untuk bertemu Biden.

Pernyataannya mengindikasikan diirinya melihat forum utama yang potensial untuk melakukan perundingan adalah pertemuan lanjutan internasional mengenai perdamaian, dimana Ukraina mengatakan pihaknya ingin Rusia memiliki perwakilan.

KTT pertama yang memajukan visi perdamaian Kyiv, yang diselenggarakan di Swiss pada bulan Juni, secara tegas mengecualikan Rusia, dan menarik sejumlah delegasi, namun tidak dari China, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, meskipun Kyiv berupaya memenangkan negara-negara selatan.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan pada 19 Agustus lalu bahwa perundingan tidak mungkin dilakukan setelah Ukraina melancarkan serangan lintas batas besar-besaran ke wilayah Kursk Rusia pada 6 Agustus.

Sementara itu, Perdana Menteri India Narendra Modi, yang berada di Kyiv minggu lalu, berbicara melalui telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Selasa dan mengatakan kepadanya bahwa dia mendukung resolusi dini dan damai terhadap konflik Ukraina.

Zelenskiy juga bersikeras bahwa Rusia ingin mendiktekan persyaratan kepada Ukraina dalam setiap penyelesaian perang, sesuatu yang menurut Kyiv tidak dapat diterima.

Putin mengatakan kesepakatan apa pun harus dimulai dengan penerimaan Ukraina terhadap kenyataan di lapangan, yang akan membuat Rusia memiliki sebagian besar wilayah di Ukraina dan Krimea. Kini, Ukraina menyatakan pihaknya menguasai lebih dari 1.200 km persegi atau 463 mil persegi) wilayah Kursk di Rusia.

“Tidak ada kompromi dengan Putin, dialog hari ini pada prinsipnya kosong dan tidak ada artinya karena dia tidak ingin mengakhiri perang secara diplomatis,” kata Zelenskiy pada konferensi pers.

Dia mengatakan serangan ke wilayah Kursk telah mengurangi jumlah negara di seluruh dunia yang menyerukan Ukraina untuk berkompromi dengan Rusia guna mengakhiri perang dan menyerahkan sebagian wilayahnya.

Di medan perang, Zelenskiy mengejek Putin yang menurutnya memprioritaskan perebutan tanah Ukraina daripada mempertahankan wilayah Rusia sendiri.

Dia mencontohkan, di wilayah Kursk Ukraina telah mengklaim merebut 100 permukiman, sementara pasukan Rusia terus bergerak maju di wilayah timur Donetsk.

Zelenskiy juga mengatakan, Ukraina terus membuat kemajuan dalam produksi senjata dalam negeri dan telah melakukan uji coba pertama rudal balistik yang diproduksi di dalam negeri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper