Bisnis.com, JAKARTA — PDI Perjuangan (PDIP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) harus bekerja lebih keras untuk memilah dan memilih kandidat yang tepat sebagai calon lawan seimbang bagi Bobby Nasution di Pilkada Serentak Sumatra Utara 2024.
Musababnya, Bobby Nasution sejauh ini menjadi calon gubernur paling potensial di Pilkada Sumut 2024. Menantu Presiden Joko Widodo itu didukung oleh delapan partai nasional.
Koalisi partai pendukung Bobby itu terdiri dari Partai Golkar, Partai Gerindra, PAN, Partai Hanura, Partai Demokrat, Partai NasDem, PPP dan terakhir PKB.
Alhasil, hanya tersisa PDIP dan PKS yang berada di luar koalisi dan dapat mempersiapkan calon penantang bagi Bobby di Pilgub Sumut 2024.
Namun, hingga saat ini baik PDIP maupun PKS belum memutuskan untuk memberikan rekomendasi kepada calon gubenur potensial di Pilgub Sumut 2024. PDIP sejauh ini mempertimbangkan nama eks Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, kendati belum ada kejelasan akan penunjukannya.
Di sisi lain, PKS justru sempat menyatakan dukungan partai kepada Bobby Nasution meski kemudian pernyataan tersebut ditarik. PKS kemudian berbalik dan mengambil ancang-ancang untuk bergabung dengan PDIP dan mencari lawan seimbang bagi Bobby Nasution.
Baca Juga
ELEKTABILITAS BOBBY
Selain mendapatkan dukungan banyak partai, elektabilitas Bobby Nasution juga paling tinggi di Sumatra Utara. Hal itu tercermin dalam survei teranyar yang dirilis Lembaga Survei Indonesia (LSI).
Suami dari Kahiyang Ayu, putri Jokowi, itu bersaing ketat dengan Edy Rahmayadi sebagai kandidat potensial di Pilkada Sumut 2024. Itu menjadi salah satu kesimpulan dari survei LSI terhadap 800 responden dengan margin of error 3,5% pada tingkat kepercayaan 95% di wilayah Sumut.
Hasil survei menunjukkan muncul 26 nama yang berpotensi mencalonkan diri sebagai calon gubernur dan tidak mencalonkan diri. Dari sederet sosok potensial tersebut, Bobby Nasution paling banyak dipilih oleh responden yakni sebesar 34,2%.
Gubernur Sumut petahana Edy Rahmayadi menyusul di posisi kedua. Mantan Ketua PSSI itu memiliki elektabilitas sebesar 15,1%.
"Nomor urut ketiga adalah Musa Rajekshah atau Ijeck dengan angka 4,0% dan Ahok 3,3%," jelas Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan di Jakarta, Minggu (28/7/2024).
Kemudian, menurut Djayadi, nama lainnya adalah Darma Wijaya dengan angka 1,1% dan Nikson Nababan satu persen. Nama kandidat lain hanya meraih elektabilitas di bawah satu persen.
Survei itu juga menunjukkan masih ada 34,7% responden yang belum menentukan sikap untuk memilih atau tidak tahu.
"Jadi nama-nama lainnya masih jauh lebih rendah dan responden yang belum juga menentukan pilihan ada sebanyak 34,7%, cukup banyak ya," katanya.
Djayadi membeberkan alasan responden memilih Bobby Nasution dan Edy Rahmayadi adalah karena sudah ada bukti nyata hasil kerjanya sebanyak 19,3%, kemudian 15,8% responden menjawab keduanya tegas berwibawa, lalu 15,5% menjawab keduanya perhatian ke rakyatnya.
"Responden menjawab bahwa keduanya sudah ada bukti nyata hasil kerja, tegas berwibawa dan juga memperhatikan rakyat," ujarnya.
Kendati begitu, hasil survei itu juga menunjukkan bahwa sebagian besar warga di Sumut tidak ingin Edy Rahmayadi menjadi pemimpinnya lagi.
Djayadi mengatakan sebanyak 48,8% dari 800 responden tersebut tidak mau lagi dipimpin Edy Rahmayadi pada periode berikutnya. Hanya 35% yang masih menginginkan Edy Rahmayadi menjadi Gubernur berikutnya di provinsi tersebut.
"Jadi cukup banyak masyarakat yang menjawab tidak menginginkan Edy Rahmayadi kembali menjadi Gubernur Sumatra Utara, ada sekitar 48,4% dan tidak tahu atau tidak menjawab ada 16,6 persen," tuturnya.
Padahal, menurut Djayadi, sebanyak 61,6% responden telah menyebutkan bahwa mereka puas selama ini dengan kinerja Edy Rahmayadi.
"52,5% cukup puas dan 9,1% sangat puas dengan kinerjanya," katanya.
Sementara itu, kata Djayadi, masyarakat yang tidak puas ada 30,2% dengan perincian 26,2% kurang puas dan 4,0% tidak puas sama sekali. "Sisanya 8,2% tidak menjawab puas atau tidak," ujarnya.