Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyebut bahwa tindak pidana perdagangan orang (TPPO) juga menyasar kalangan berpendidikan.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK, Woro Srihastuti Sulistyaningrum mengatakan bahwa modus utama TPPO tersebut banyak dilakukan dengan kedok lowongan pekerjaan.
“Bahwa yang namanya TPPO itu tidak mengenal hanya [masyarakat] yang menengah ke bawah, tapi juga ternyata pada mereka-mereka yang berpendidikan,” katanya kepada wartawan di Kantor Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Senin (15/7/2024).
Lebih lanjut, hal ini terungkap dari catatan Kemenko PMK bahwa korban TPPO juga mencakup lulusan kampus dalam negeri.
Kurangnya lapangan pekerjaan ditengarai menjadi faktor pendorong terjadinya TPPO bagi kalangan berpendidikan.
“Yang lulus kuliah-kuliah ini juga ternyata susah [mendapatkan pekerjaan]. Ini yang juga menjadi catatan kita,” lanjut Woro.
Baca Juga
Selain itu, berdasarkan data dari Bareskrim Polri, Kemenko PMK juga mencatat 698 Warga Negara Indonesia (WNI) telah menjadi korban TPPO pada periode Januari hingga Juli 2024.
Jumlah tersebut terbilang turun ketimbang catatan pada tahun sebelumnya yang mencapai 3.366 orang.
Adapun, berdasarkan catatan Bisnis pada Maret lalu, Bareskrim Polri sebelumnya mengungkap bahwa sebanyak 1.047 mahasiswa Indonesia menjadi korban TPPO berkedok magang di Jerman.
PT CVGEN dan PT SHB menggelar program ferienjob (pekerjaan paruh waktu yang dilakukan saat masa libur) dengan iming-iming program pemerintah ke kampus Indonesia. Padahal, Kemendikbudristek menegaskan bahwa program tersebut bukan merupakan program MBKM.
Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Trunoyudo Wisnu Andiko menyampaikan bahwa korban TPPO dalam kasus ini telah berada di Indonesia.
“Saat ini seluruh korban perlu diketahui sudah ada di Indonesia karena memang kontra program magang ini telah habis pada Desember 2023,” ujarnya beberapa waktu lalu.