Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Turki Ogah Restui Upaya Kerja Sama NATO dengan Israel

Turki tengah melanjutkan upaya diplomatik untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina.
Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Turki dapat mempertimbangkan Finlandia untuk masuk keanggotaan NATO dibanding Swedia. /Bloomberg
Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Turki dapat mempertimbangkan Finlandia untuk masuk keanggotaan NATO dibanding Swedia. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan enggan merestui upaya kerja sama antara NATO dengan Israel sebelum perdamaian di Palestina dapat terwujud.

Hal tersebut disampaikannya pada rangkaian konferensi tingkat tinggi (KTT) NATO yang berlangsung di Washington, Amerika Serikat (AS). Sejumlah negara mendorong agar NATO memberikan dukungan kolektif kepada Israel.

“Sampai perdamaian yang komprehensif dan berkelanjutan tercapai di Palestina, upaya kerja sama dengan Israel di dalam NATO tidak akan disetujui oleh Turki,” katanya sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (12/7/2024).

Lebih lanjut, Erdogan juga buka suara mengenai situasi politik di sejumlah kawasan, seperti perang Rusia-Ukraina hingga pemulihan hubungan dengan Suriah.

Menurutnya, Turki tengah melanjutkan upaya diplomatik untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina.

Terkait Suriah, dia telah menginstruksikan Menteri Luar Negeri Hakan Fidan untuk bertemu dengan Presiden Suriah, Bashar al-Assad. Hubungan diplomatik kedua negara terputus akibat perang saudara di Suriah pada 2012.

“Kami akan menyampaikan undangan kepada Assad kapan saja untuk kemungkinan melakukan pembicaraan [pemulihan hubungan kedua negara],” ujarnya.

Erdogan juga mengatakan bahwa Turki mengharapkan solidaritas dari sekutu NATO dalam perjuangannya melawan terorisme.

Sementara itu, dirinya juga menyinggung penjualan jet tempur F-16 yang dilakukan AS kepada Turki. Maret lalu, pemerintahan Presiden AS Joe Biden mengizinkan transaksi senilai US$23 miliar tersebut usai Turki menyetujui Swedia bergabung dengan NATO.

"Saya berbicara dengan Biden. Biden menyebut bahwa dia akan menyelesaikan masalah ini dalam 3-4 pekan," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper