Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Partai Sayap Kanan Kalah di Pemilu Prancis: Rusia Kecewa, Ukraina Lega

Partai sayap kanan gagal memenangkan Pemilu Prancis pada Minggu (7/7/2024) dan diprediksi berdampak pada perang Rusia dan Ukraina
Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara selama KTT Komunitas Politik Eropa di Moldova pada 1 Juni/Bloomberg
Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara selama KTT Komunitas Politik Eropa di Moldova pada 1 Juni/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Partai sayap kanan pimpinan Marine Le Pen gagal memenangkan Pemilihan Umum (Pemilu) Prancis pada Minggu (7/7/2024).

Banyak sekutu Prancis merasa lega karena situasi terburuk telah terhindarkan, tetapi juga menyadari bahwa koalisi dari parlemen yang tidak memiliki mayoritas suara juga dapat menimbulkan masalah bagi Eropa.

Partai National Rally (RN) pimpinan Le Pen sebelumnya menjadi favorit untuk menduduki puncak jajak pendapat, sehingga meningkatkan risiko munculnya pemerintahan sayap kanan pertama di Prancis sejak Perang Dunia Kedua.

Le Pen juga dikhawatirkan akan mengacaukan kebijakan ekonomi dan luar negeri di ekonomi terbesar kedua di zona Eropa tersebut.

Secara khusus, sekutu Ukraina khawatir pemerintah yang dipimpin Le Pen akan bersikap lunak terhadap Moskow dan mengurangi bantuan militer yang diandalkan Kyiv sejak invasi Rusia 2022, meskipun partainya belakangan mengatakan Rusia merupakan ancaman.

Akan tetapi, semua kekhawatiran itu musnah, lantaran kekalahan Le Pen, Partai National Rally (PN) menandakan adanya perlawanan sementara terhadap gelombang gerakan sayap kanan di Eropa. 

Sementara itu, Perdana Menteri Polandia, Donald Tusk menyatakan bahwa hasil tersebut membuat Rusia kecewa dan kelegaan bagi Ukraina. 

"Di Paris ada antusiasme, di Moskow ada kekecewaan, di Kyiv ada kelegaan. Cukup untuk membuat Warsawa bahagia," kata Perdana Menteri Polandia, Donald Tusk pada X, dilansir Reuters, pada Senin (8/7/2024). 

Beberapa reaksi awal dari luar negeri bersukacita karena ancaman langsung dari pemerintahan sayap kanan di Prancis telah dihindari.

Juru Bicara Kebijakan Luar Negeri untuk Partai Sosial Demokrat Kanselir Olaf Scholz di Jerman Nils Schmid mengatakan bahwa yang terburuk kini telah dihindari.

"Presiden secara politik melemah, meskipun dia tetap memegang peran utama mengingat posisi mayoritas yang tidak jelas. Membentuk pemerintahan akan menjadi rumit," kata Schmid kepada grup media Funke.

Kemudian, Partai Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengucapkan selamat kepada aliansi kiri, yang disebut New Popular Front (NPF), atas kemenangan yang menghentikan kelompok sayap kanan mencapai pemerintahan. 

Sementara itu, Ketua Partai Sosialis PASOK di Yunani, Nikos Androulakis mengatakan bahwa rakyat Prancis telah membangun tembok untuk melawan kelompok sayap kanan, rasisme, dan intoleransi serta menjaga prinsip-prinsip abadi Republik Prancis, kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan. 

Seperti diketahui, hasil exit poll Pemilu Prancis putaran kedua menunjukkan bahwa koalisi sayap kiri New Popular Front (NPF) berpotensi menguasai kursi parlemen. 

Dilansir Al-Jazeera, lembaga jajak pendapat setempat memperkirakan NPF akan unggul dari koalisi berhaluan tengah Ensemble pimpinan Presiden Prancis Emmanuel Macron, serta partai sayap kanan National Rally (RN) yang dipimpin Marine Le Pen.

Meski begitu, tidak ada satu kelompok pun yang dinyatakan menang mutlak dengan suara mayoritas. NPF diproyeksikan meraih 177 kursi, Ensemble 148 kursi, sementara RN mendapatkan 142 kursi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper