Bisnis.com, JAKARTA – Pakta Petahanan Atlantik Utara atau NATO menunjuk Perdana Menteri Belanda Mark Rutte sebagai Sekretaris Jenderal yang baru pada Rabu (26/6/2024).
Mark Rutte akan menjabat mulai 1 Oktober mendatang, menggantikan Jens Stoltenberg yang mengundurkan diri setelah satu dekade menjabat.
Penunjukan Rutte menjadi formalitas setelah satu-satunya saingannya untuk jabatan tersebut, Presiden Rumania Klaus Iohannis, mengumumkan pengunduran dirinya dari kontestasi karena karena gagal mendapatkan dukungan.
Terpilihnya Rutte diambil setelah duta besar dari 32 negara anggota NATO memberikan suaranya dalam pertemuan di markas besar NATO di Brussels.
Rutte mengatakan bahwa ia berharap dapat menjalankan tugasnya dengan penuh semangat.
"Aliansi ini adalah dan akan tetap menjadi landasan keamanan kolektif kita. Memimpin organisasi ini adalah tanggung jawab yang tidak saya anggap enteng," tulis Rutte di X, seperti dilansir Reuters, Rabu (26/6/2024).
Baca Juga
Setelah menyatakan minatnya pada jabatan tersebut tahun lalu, Rutte mendapatkan dukungan awal dari anggota utama NATO, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman.
Negara-negara lain cenderung pasif, terutama negara-negara Eropa Timur yang berpendapat bahwa jabatan tersebut harus diberikan kepada seseorang dari wilayah mereka untuk pertama kalinya.
Namun, mereka akhirnya mendukung Rutte yang menjadi pengkritik keras Presiden Rusia Vladimir Putin dan sekutu setia Ukraina.
Stoltenberg mengatakan bahwa ia menyambut baik pemilihan Rutte sebagai penggantinya.
"Mark adalah seorang transatlantik sejati, pemimpin yang kuat, dan pembangun konsensus. Saya tahu bahwa saya meninggalkan NATO di tangan yang tepat,” katanya.
NATO mengambil keputusan melalui konsensus sehingga Rutte, yang mengundurkan diri dari politik Belanda setelah hampir 14 tahun menjadi perdana menteri, hanya dapat dikukuhkan setelah 32 anggota aliansi memberinya dukungan.
Rutte akan menghadapi tantangan untuk mempertahankan dukungan sekutu-sekutunya dalam perjuangan Ukraina melawan invasi Rusia, sementara menjaga agar NATO tidak terlibat langsung dalam perang dengan Rusia.
Dia juga harus menghadapi kemungkinan bahwa Donald Trump yang skeptis terhadap NATO akan kembali ke Gedung Putih setelah pemilihan presiden AS pada bulan November 2024.