Bisnis.com, JAKARTA - NATO merespons perjanjian pertahanan antara Rusia dengan Korea Utara (Korut) semakin menunjukkan keharmonisan negara-negara otoriter.
Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani perjanjian dengan pemimpin Korut Kim Jong Un yang mencakup bidang pertahanan.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menuturkan bahwa Korut telah memberikan amunisi dalam jumlah besar kepada Rusia. Sementara itu, China dan Iran juga mendukung Rusia secara militer, dalam perang melawan Ukraina.
Dengan adanya kesepakatan Rusia dan Korut tersebut, kata Stoltenberg, negara-negara otoriter semakin bersekutu.
"Ketika mereka semakin bersekutu - rezim-rezim otoriter seperti Korea Utara dan Cina, Iran, Rusia - maka semakin penting bagi kita untuk bersekutu sebagai negara-negara yang percaya pada kebebasan dan demokrasi," jelasnya, dikutip dari Reuters, Kamis (20/6/2024).
Menurutnya, kini penting bagi NATO untuk terus menggenjot kerja sama dengan sekutunya di Asia-Pasifik. Hal itu pun menjadi salah satu alasan para pemimpin dari Australia, jepang, Selandia Baru hingga Korea Selatan diundang ke pertemuan puncak NATO di Washington bulan depan.
Baca Juga
Di lain sisi, anggota NATO lainnya prihatin dengan keseimbangan fiskal. Mereka ingin membelanjakan uangnya untuk kesehatan dan pendidikan.
“Jika kita tidak mampu menjaga perdamaian, maka apa yang kita lakukan di bidang kesehatan, perubahan iklim, dan pendidikan ... akan gagal,” tambahnya.