Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kepuasan Publik Dikerek Bansos, Seberapa Besar Efek Jokowi di Pilkada 2024?

Kepuasan publik terhadap Jokowi tidak dilepaskan oleh jor-joran bansos.
Presiden Joko Widodo melaksanakan Shalat Idul Adha 1554 Hijriah di kawasan Simpanglima, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin. (17/6/2024). ANTARA/I.C. Senjaya)
Presiden Joko Widodo melaksanakan Shalat Idul Adha 1554 Hijriah di kawasan Simpanglima, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin. (17/6/2024). ANTARA/I.C. Senjaya)

Bisnis.com, JAKARTA -- Jor-joran bansos menjadi salah satu alasan responden puas dengan kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi). Setidaknya itulah yang tercermin dalam survei Litbang Kompas yang dipublikasikan pada pekan lalu.

Secara statistik, kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi naik, tembus di angka 75,6%. Angka ini adalah yang tertinggi pada periode kedua pemerintahan Jokowi. Lebih tinggi dibandingkan periode Desember 2023 yang hanya 73,5%.

Kendati demikian, survei itu juga mengungkap bahwa salah satu indikator publik puas terhadap kinerja Jokowi adalah gelontoran bansos. Bansos memainkan peran penting karena persentasenya mencapai 21,7%.

Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi yang hanya 16,13% atau pemimpin merakyat yang persentasenya terbatas di angka 11,1%.

Menariknya, kepuasan terhadap pembangunan infrastruktur, yang selama ini digadang-gadang sebagai program unggulan pemerintahan Jokowi, juga jauh di bawah gelontoran bansos, karena hanya sebesar 10,5%.

Adapun, jika mencermati survei dalam periode tahun politik yakni 2023-2024, isu publik puas karena bansos bukan sesuatu yang baru.

Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 20 Januari 2024 misalnya, menunjukkan pembagian bantuan kepada masyarakat termasuk bansos menjadi indikator utama yang buat masyarakat puas dengan kinerja Jokowi (30%).

Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan alasan rakyat puas ke Jokowi karena infrastruktur (24,5%) atau murni karena menganggap kinerja Jokowi sudah bagus (18,3%).

Versi Indikator Politik yang dirilis 20 Januari 2024, juga menunjukkan bahwa approval rating Jokowi tembus di angka 79 persen. Jika melihat riwayatnya tren ini merupakan yang tertinggi sejak Agustus 2023.

Pada beberapa publikasi sebelumnya, Indikator mengungkap bahwa  mayoritas responden yang puas dengan kinerja Jokowi karena memberikan bantuan kepada rakyat kecil mencapai 33,6 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kepuasan publik terhadap pembangunan infrastruktur yang hanya 25,1 persen.

Praktik jor-joran bansos juga pernah dipersoalkan oleh pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1 dan 3, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar serta Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Sayangnya, karena Mahkamah Konstitusi butuh bukti eksplisit tentang pengaruh bansos ke suara Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, tudingan itu ditolak.

Efek Jokowi di Pilkada 

Kendati memiliki approval rating tinggi, Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto menganggap bahwa pengaruh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Pilkada 2024 tidak sebesar saat pemilihan presiden alias Pilpres lalu.

Airlangga menuturkan bahwa Pilkada dan Pilpres sangat berbeda. Apalagi, 
pilkada akan berlangsung di 508 kabupaten/kota dan 37 provinsi.

"Jadi, yang berpengaruh besar lebih pada local wisdom," katanya dilansir dari Antara, Sabtu (22/6/2024).

Kendati demikian, Airlangga juga mengakui posisi Jokowi sebagai kepala negara tetap memiliki pengaruh. Pasalnya, presiden sebagai kepala pemerintahan memiliki pengaruh lantaran seluruh infrastruktur saat Pilkada 2024 disiapkan oleh Pemerintah, khususnya dari segi anggaran maupun keamanan.

"Ya, semua pemimpin punya pengaruh, apalagi Presiden," ujar Airlangga.

Jokowi Cawe-cawe?
Sebelumnya, sukarelawan pendukung Presiden Jokowi, Solidaritas Merah Putih (Solmet), membantah adanya keterlibatan dan ikut campur Jokowi pada pilkada serentak pada bulan November 2024.

"Fakta bukti ataupun apa pun yang selama ini diopinikan secara negatif oleh lawan-lawan politik. Kalau mau dikatakan, belum pernah ada Pak Jokowi mengintervensi," kata Ketua Umum Solmet Silfester Matutina dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (21/6).

Menurut dia, isu cawe-cawe Jokowi yang akan menjegal Anies Baswedan, hanya ketakutan lawan politik saja.

Silfester diungkapkan bahwa isu itu pun pernah terjadi pada Pilpres 2024. Akan tetapi, kenyataannya hal itu tidak pernah terjadi, dan Anies tetap menjadi calon presiden.

Wakil Ketua Tim Kemenangan Nasional (TKN) Prabowo-Gibran itu menegaskan bahwa masa kepemimpinan Jokowi akan berakhir dan berganti dengan kepemimpinan baru Prabowo-Gibran pada saat Pilkada Jakarta berlangsung.

"Yang nantinya akan memimpin Indonesia setelah 20 Oktober 2024 adalah Pak Prabowo dan Mas Gibran," ujarnya.

Walaupun anak ketiga dari Presiden Jokowi, yakni Kaesang Pangarep juga digadang-gadang akan maju pada Pilkada Jakarta, menurut dia, Jokowi telah menegaskan akan kembali ke Solo untuk menjaga cucu.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah menetapkan hari-H pencoblosan Pilkada Serentak 2024 di 37 provinsi dan 508 kabupaten/kota pada tanggal 27 November 2024.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper