Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI berencana menggunakan jasa tenaga medis asing di tengah minimnya ketersediaan tenaga kesehatan yang menjalankan layanan prioritas Kanker Jantung Stroke dan Uronefro (KJSU).
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Azhar Jaya menyatakan bahwa berbagai langkah terobosan diambil untuk mengatasi rasio dokter yang rendah di Indonesia, yang masih di angka 0,46 per 1.000 penduduk.
"Rasio ini membuat Indonesia jauh tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang memiliki rasio dokter di atas 1 per 1.000 penduduk," katanya, dalam keterangan resmi pada Kamis (13/6/2024).
Dia menjelaskan bahwa salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pemanfaatan tenaga medis Warga Negara Asing (WNA) untuk kegiatan transfer of knowledge sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan tertentu dimana dokter dengan kompetensi dan keahlian tersebut tidak tersedia atau sangat terbatas di RS Kemenkes.
"Kebutuhan transfer of knowledge dalam rangka percepatan penguasaan bidang keahlian tertentu seperti transplantasi jantung, tata laksana kelainan jantung bayi dan anak serta pengembangan precision medicine di Indonesia,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa program tersebut baru-baru ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik di Medan, Sumatra Utara, bekerja sama dengan King Salman (KS) Relief dan Muslim World League dari Arab Saudi untuk menyelenggarakan transfer of knowledge dan kegiatan sosial berupa operasi jantung gratis bagi pasien tidak mampu.
Baca Juga
Dia mengatakan bahwa tim medis berjumlah 22 orang dari Arab Saudi akan terus membantu menyelamatkan nyawa masyarakat tidak mampu dan juga memberikan ilmu dan keterampilan bedah jantung terbuka tingkat lanjut kepada dokter-dokter Indonesia.
"Sudah banyak Rumah Sakit [RS] Kemenkes yang merupakan RS wahana pendidikan bagi dokter spesialis maupun subspesialis yang melakukan alih teknologi melalui kerja sama dengan tenaga medis WNA," ucapnya.
Adapun, menurutnya, pengaturan terkait program ini akan mengacu pada peraturan dan ketentuan yang ada.
Selanjutnya dia menegaskan bahwa penting bagi para direksi rumah sakit Kemenkes melakukan kajian kebutuhan dan mengusulkan kebutuhan program ini berdasarkan situasi rumah sakit masing masing.
Jokowi Kaget
Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku terkejut saat mengetahui rasio jumlah dokter di Tanah air saat ini masih terlampau rendah.
“Saya kaget [rasio dokter] kita 0,47 dan peringkat 147 dunia. Sangat rendah sekali dan di Asean kita peringkat 9, berarti masuk 3 besar tetapi dari bawah. Ini problem angka-angka yang harus kita buka apa adanya,” ujarnya saat menghadiri peluncuran pendidikan Dokter Spesialis berbasis Rumah Sakit Pendidikan Penyelenggara Utama (RSP-PU) di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, Jakarta Barat, Senin (6/5/2024)..
Lebih lanjut, orang nomor satu di Indonesia itu mengatakan selama 6 bulan terakhir dirinya aktif melakukan kunjungan kerja ke berbagai daerah hingga pelosok Indonesia. Salah satu agenda yang aktif dilakukannya adalah mengunjungi Rumah Sakit (RS) dan Puskesmas.
Kepala Negara mengaku senang dalam peninjauannya setiap fasilitas kesehatan telah dilengkapi dengan berbagai alat kesehatan (alkes) yang ditunjang teknologi terbaru. Misalnya, memiliki magnetic resonance imaging (MRI) dan mammogram.
Kendati demikian, dia menyebut miris apabila dari banyaknta teknologi yang sudah masuk tidak dapat diaplikasikan dengan baik apabila Indonesia masih kekurangan dokter spesialis.
“Dokter umum kita masih kurang 124.000, dokter spesialis masih kurang 29.000. Jumlah yang tidak sedikit. Ini harus segera diisi, jangan sampai peralatan yang tadi sudah sampai di Kabupaten/Kota tidak berguna karena dokter spesialisnya tidak ada,” tuturnya.
Presiden Ke-7 RI itu melanjutkan bahwa Indonesia baru mampu mengeluarkan 2.700 dokter spesialis per tahun. Adapun, kendala lainnya adalah distribusinya yang tidak merata. Rata-rata semuanya dokter spesialis berada di Jawa dan di Kota sebanyak 59 persen.
Sekali lagi harus ada terobosan, kita harus membuat terobosan. Dulu saya diberi masukan ‘begini pak, begini pak’. Sekarang enggak. Harus berani memulai tadi disampaikan oleh menteri kesehatan ada 24 fakultas kedokteran dan ada 420 rumah sakit. Kedua mesin ini harus dijalankan bersama agar segera menghasilkan dokter spesialis sebanyak-banyaknya,” pungkas Jokowi.