Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan bahwa tidak semua negara dapat menjadi mediator bagi negara yang berkonflik, tetapi semua dapat berkontribusi untuk mewujudkan perdamaian.
Dia menegaskan hal tersebut saat menghadiri Oslo Forum 2024, di Oslo, Norwegia, dan menegaskan bahwa konflik dan perang, bukannya berkurang dari tahun ke tahun, tetapi justru kian bertambah.
"Tahun lalu misalnya, saya beri contoh, perang di Gaza tidak ada, tapi tahun ini lebih dari 36.000 orang terbunuh di Gaza. Dan hampir separuhnya adalah anak-anak," katanya, dalam keterangan resmi, Rabu (12/6/2024).
Menurutnya, upaya untuk mencapai perdamaian tidak mudah, dan terkadang, pihak yang berkonflik tidak ingin atau belum ingin berdamai, karena beranggapan jika berdamai maka artinya menyerah.
"Oleh karena itu kita harus yakinkan semua pihak, terutama pihak-pihak yang berkonflik untuk meninggalkan pendekatan zero sum game," ujarnya.
Retno mengatakan bahwa sifat konflik juga semakin kompleks karena dipengaruhi oleh politik domestik dan rivalitas geopolitik yang membuat situasi semakin rumit.
Baca Juga
"Jadi di titik ini saya jelaskan kepada mereka [di forum] bahwa, konflik biasanya terjadi karena ada perbedaan terhadap suatu isu. Tetapi, makin lama sifatnya menjadi semakin kompleks, karena tidak hanya perbedaan isu tertentu saja, tetapi juga dipengaruhi oleh adanya politik domestik dan juga rivalitas geopolitik," ucapnya.
Selain itu, dia juga menekankan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional dalam setiap upaya untuk menyelesaikan konflik.
Kemudian, dia juga menekankan pentingnya penguatan sistem multilateral untuk menciptakan perdamaian. Menurutnya, sistem multilateral saat ini sudah tidak mampu untuk menyelesaikan konflik secara efektif, dan memahami betul bahwa mediasi selalu memerlukan waktu yang panjang.
"Dan saya jelaskan, sambil menunggu hasil mediasi, kita dapat lakukan banyak hal, contohnya untuk Palestina," tambahnya.
Adapun Retno menjelaskan dua hal penting yang dapat dilakukan dunia internasional untuk Palestina, yaitu memperlancar bantuan kemanusian, dan mempersiapkan Palestina dalam bernegara, antara lain melalui pengakuan dan keanggotaan penuh di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Sementara itu, dalam konteks ini, dia juga menyampaikan penghargaan kepada Norwegia yang telah memutuskan untuk mengakui negara Palestina pada 28 Mei lalu.