Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Tangisan Puan, Kritik Megawati, Hingga Respons Jokowi

Jokowi tidak mau menanggapi kritik dan sejumlah rekomendasi dalam rapat kerja nasional alias rakernas PDIP.
Sholahuddin Al Ayyubi, Surya Dua Artha Simanjuntak
Selasa, 28 Mei 2024 | 07:30
Ketua Umum PDI Perjuangan PDIP Megawati Soekarnoputri (tengah) didampingi Ketua DPR Puan Maharani (ketiga kanan) dan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey (kedua kanan) menyalakan Obor Api Perjuangan saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V PDI Perjuangan di Jakarta, Jumat (24/5/2024). Bisnis/Arief Hermawan P
Ketua Umum PDI Perjuangan PDIP Megawati Soekarnoputri (tengah) didampingi Ketua DPR Puan Maharani (ketiga kanan) dan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey (kedua kanan) menyalakan Obor Api Perjuangan saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V PDI Perjuangan di Jakarta, Jumat (24/5/2024). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Ketua DPR RI Puan Maharani sempat menangis dan meminta maaf atas perilaku kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang dinilainya menyimpang dari etika politik pada pemilihan umum (Pemilu) 2024.

Kendati demikian, Puan tak menyebut nama kader tersebut dan hanya mengatakan bahwa perilaku kader itu bertentangan dengan ideologi partai dan melanggar konstitusi.

"Sehubungan dengan adanya perilaku kader Partai yang tidak menjunjung tinggi etika politik, tidak berdisiplin, dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ideologi partai, serta melakukan pelanggaran konstitusi dan demokrasi," tegas Puan.

Rakernas V PDIP memang menjadi ajang partai itu untuk mengoreksi sejumlah kebijakan pemerintahan Joko Widodo alias Jokowi. Mereka menyoroti tentang kecurangan pemilu, nepotisme, hingga pengamputasian penegakan hukum.

PDIP juga menyinggung berbagai persoalan mutakhir salah satunya adalah kenaikan uang kuliah tunggal alias UKT.

Meski demikian, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri belum mau menentukan sikap politik partainya kepada pemerintah presiden terpilih Prabowo Subianto dalam ajang Rakernas V PDIP.

Sekadar informasi, Rakernas V PDIP hanya merekomendasikan kepada Mega untuk menentukan sikap terhadap pemerintahan Prabowo.

Padahal sebelumnya, sejumlah politikus PDIP sudah sesumbar bahwa keputusan terkait sikap PDIP apakah berada di dalam atau di luar pemerintahan akan ditentukan dalam rakernas tersebut.

Mega sendiri mengakui banyak pihak menanti keputusannya soal posisi PDIP untuk lima tahun ke depan: oposisi atau malah bergabung ke pemerintahan. Meski demikian, presiden ke-5 RI ini masih mau menggantungkan penantian banyak pihak tersebut.

"Sikap politik partai berada di dalam atau di luar pemerintahan? Gitu kan. Lah iya, loh enak ae. Kalau menit ini saya ngomong, kan harus dihitung secara politik loh," kata Megawati ketika berikan pidato dalam penutupan Rakernas V PDIP, Jakarta Utara, Minggu (26/5/2024).

Dalam salah satu rekomendasi eksternal Rakernas V PDIP juga disampaikan bahwa keputusan sikap politik seluruhnya diserahkan ke Megawati. Di samping itu, Rakernas V ingin Megawati hanya jalin kerja sama dengan pihak yang menjunjung tinggi cita-cita Reformasi.

Megawati pun meminta setiap pihak bersabar. Menurutnya, dia akan lakukan pertimbangan terlebih dahulu.

"Gue mainin dulu dong [sebelum diputuskan]. Setuju nggak?" tanya Megawati kepada ribuan kader PDIP yang hadir.

Lebih lanjut, dia meminta para kadernya fokus hadapi Pilkada 2024 daripada urusi soal posisi partai dalam pemerintahan Prabowo. Megawati juga ingin kadernya berikan pengertian kepada masyarakat agar tidak termakan politik uang dalam ajang Pilkada 2024.

Tanggapan Jokowi

Sementara Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak banyak merespons aksi Ketua Bidang Politik DPP PDIP Puan Maharani yang menitikkan air mata saat penutupan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V yang digelar Minggu (26/5/2024).

Orang nomor satu di Indonesia itu mengatakan bahwa untuk urusan internal partai, maka dirinya tak akan banyak berkomentar.

Hal ini disampaikan olehnya saat memberikan sambutan di agenda Inaugurasi Menuju Ansor Masa Depan di Istora Senayan, Jakarta, Senin (27/5/2024).

“Saya kira itu adalah internal partai, jadi internal PDI Perjuangan. Saya tidak akan mengomentari,” kata Jokowi kepada wartawan.

Strategi Pilkada?

Sementara itu, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago mengemukakan Megawati sengaja mengulur waktu untuk menyatakan sikap politiknya di pemerintahan Prabowo-Gibran.

Pasalnya, menurut pria yang akrab disapa Ipang tersebut, PDI Perjuangan tidak ingin suaranya menurun drastis dan tidak punya teman koalisi di Pilkada Serentak 2024.

"Jadi dia sengaja mengulur waktu untuk menyatakan sikap politiknya di tahun 2025 nanti. Itu dilakukan Megawati agar Pilkada Serentak aman mereka," tuturnya kepada Bisnis di Jakarta, Senin (27/5/2024).

Menurut Ipang, jika Megawati mempertegas sikap politiknya pada saat Rakernas ke-5 PDI-Perjuangan kemarin dan menyatakan sikap oposisi, maka partai lain tidak akan ada yang mau berkoalisi sehingga suara PDI-Perjuangan juga bisa terjun bebas.

"Apalagi suara yang dibidik PDI Perjuangan ini kan anak2 Gen Z. Gen Z di daerah ini tidak akan mau memilih kader PDI di daerah nanti," katanya.

Kendati demikian, menurut Ipang, sejumlah pernyataan Megawati Soekarnoputeri pada Rakernas kemarin telah menyiratkan bahwa PDI Perjuangan tetap bakal jadi oposisi di pemerintahan Prabowo-Gibran.

"Coba aja dilihat judul Rakernas kemarin itu dan beberapa pernyataan Megawati. Itu kan menyiratkan dia tetap ingin oposisi, tapi mainnya tarik-ulur dulu," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper