Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden terpilih Prabowo Subianto ingin menyatukan para mantan presiden yang masih hidup ke dalam satu wadah bernama 'Presidential Club'.
Namun demikian, angan-angan itu justru memicu pro dan kontra. Apalagi di tengah polemik yang terjadi, muncul keinginan untuk membubarkan 'lembaga tinggi negara', salah satunya adalah Dewan Pertimbangan Presiden alias Wantimpres.
Prabowo memang berupaya melakukan konsolidasi politik usai ditetapkan sebagai presiden terpilih 2024-2029. Ia giat membangun komunikasi politik baik di internal maupun di luar koalisi. Ia ingin pemerintahannya berjalan kuat dan stabil. Salah satu strategi Prabowo adalah dengan mewacanakan pembentukan Presidential Club.
Juru Bicara Prabowo Dahnil Anzar Simanjuntak mengungkapkan rencana Prabowo pembentukan klub tersebut, bertujuan agar para mantan presiden bisa tetap rutin bertemu dan berdiskusi tentang masalah-masalah strategis kebangsaan.
Dahnil mengatakan Prabowo berharap para pemimpin di Indonesia bisa kompak dan rukun untuk turut berpikir dan bekerja bagi kepentingan rakyat, terlepas dari perbedaan pandangan maupun sikap politik mereka.
Dia pun meyakini pada saatnya nanti, Prabowo pasti bertemu dengan Presiden ke-7 RI Jokowi, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, dan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.
Baca Juga
Hal senada juga diungkapkan oleh Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman. Habib bahkan menyatakan bahwa presiden terpilih Prabowo Subianto mempunyai ide membentuk 'Presidential Club' sejak 2014.
Habiburokhman menyatakan Prabowo sangat serius dengan wacana pembentukan Presidential Club yang akan diisi oleh presiden-presiden pendahulunya seperti Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Joko Widodo (Jokowi) ini.
"Ini serius sekali, gagasan tersebut sudah disampaikan Pak Prabowo, sering didiskusikan dengan kami," ujarnya belum lama ini.
Sulit Terwujud
Namun demikian, upaya membentuk presidential club itu tentu tidak semudah membalikan telapak tangan. Faktor politik menjadi penentu. Apalagi setiap presiden memiliki rekam jejak dan konflik politik satu sama lain.
Antara presiden ke 5 Megawati Soekarnoputri dan presiden ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono, misalnya, kedua tokoh itu telah menyimpan api dalam sekam selama beberapa periode. Mega dan SBY sejatinya pernah menjadi sekutu. SBY adalah bekas menteri pada saat Megawati berkuasa.
Namun hubungan keduanya retak pasca Pilpres 2004. Megawati kalah dan SBY terpilih sebagai presiden. Konflik politik itu berlangsung dan acap kali menjadi bahan pergunjingan antara kedua pendukung hingga saat ini.
Selain dengan SBY, hubungan antara Mega dengan bekas kadernya Joko Widodo (Jokowi), juga sedang berada di titik nadir. Jokowi pernah didukung PDIP saat menjadi wali kota, gubernur, hingga presiden 2 periode. Relasi antara PDIP dan Jokowi pudar pada Pilpres 2024.
Pada saat itu, Jokowi ditengarai mendukung pencalonan Gibran Rakabuming Raka yang ingin maju sebagai calon wakil presiden alias cawapres Prabowo Subianto. Gibran seperti halnya Jokowi, berhasil menjabat sebagai Wali Kota Solo lewat jalur PDIP. Pada pemilu 2024 baik Gibran justru bertarung dengan partai yang telah mengantarnya ke kursi Wali Kota Solo.
"Hubungan Mega dan Jokowi lebih rumit lagi efek pemilu 2024. Pada level ini saja sulit diwujudkan," tuturnya pengamat politik Adi Prayitno belum lama ini.
Adi berpandangan bahwa Presidential Club yang digagas oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto dinilai sebagai wacana yang bagus, namun pada praktiknya diprediksi sulit untuk diterapkan.
"Secara teori bagus karena diniatkan untuk mempertemukan mantan-mantan presiden terdahulu dengan presiden terpilih untuk bicara masa depan bangsa. Tentu saja itu bagus," katanya.
Namun, pada praktiknya diyakini oleh Adi bakal sulit diterapkan mengingat banyak mantan presiden banyak yang memiliki jarak dan luka di masa lalu. "Cuma problemnya pada level praktik sulit diwujudkan soalnya kan mantan-mantan presiden yang ada saat ini satu sama lain terlihat punya jarak psikologi politik yang tak bisa dipertemukan," ujarnya.
Tanggapan Jokowi hingga PDIP
Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejatinya merespons positif inisiatif presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto yang ingin duduk bersama para presiden RI terdahulu dengan agenda semacam ‘klub presiden'.
Orang nomor satu di Indonesia itu baik untuk menjadi sarana komunikasi.“Bagus-bagus itu,” ujarnya sambil tersenyum.
Bahkan, Kepala Negara pun mengaku apabila ‘klub Presiden’ terealisasi, maka setiap sosok yang pernah menjadi pemimpin Negara dapat bertemu dan berkomunikasi setiap dua hari sekali.
“Ya, dua hari sekali enggak apa-apa,” pungkas Jokowi.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengungkapkan bahwa Ketua Umum Megawati Soekarnoputri telah mencermati usulan pembentukan "Presidential Club" dari presiden terpilih Prabowo Subianto.
"Hal-hal yang berkaitan dengan presidential club, itu juga Ibu membaca, mendapat informasi dari media dan juga dari laporan yang kami sampaikan secara periodik kepada beliau," kata Hasto di dilansir dari Antara.
Menurutnya, apa yang berkaitan dengan presidential club sudah menjadi pembahasan Megawati secara rutin. Sebab, Presiden Kelima RI itu senantiasa mencermati dinamika perpolitikan Indonesia.
Selain itu, Hasto mengungkapkan Megawati rutin berdiskusi membahas berbagai persoalan bangsa dan dunia, seperti pangan hingga perubahan cuaca. Meski begitu, Hasto tak menjelaskan lebih detail terkait respons Megawati atas usulan pembentukan presidential club.