Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rafah Berubah Bak "Neraka Dunia", 360 Ribu Orang Memutuskan Pergi

UNRWA memperkirakan sekitar 360.000 orang telah meninggalkan Rafah.
Warga Palestina dengan kewarganegaraan ganda berkumpul di luar perbatasan Rafah dengan Mesir dengan harapan mendapatkan izin meninggalkan Gaza, di tengah konflik Israel-Palestina yang sedang berlangsung, di Rafah di selatan Jalur Gaza 16 Oktober 2023.
Warga Palestina dengan kewarganegaraan ganda berkumpul di luar perbatasan Rafah dengan Mesir dengan harapan mendapatkan izin meninggalkan Gaza, di tengah konflik Israel-Palestina yang sedang berlangsung, di Rafah di selatan Jalur Gaza 16 Oktober 2023.

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) memperkirakan bahwa sekitar 360.000 orang telah meninggalkan Rafah, sejak militer Israel memberikan perintah evakuasi pertamanya, sepekan yang lalu.

Warga sipil di Rafah pindah ke tempat lain yang dirasa lebih aman, termasuk Al-Mawasi, sebuah jalur kecil di sepanjang pantai, yang ditetapkan sebagai wilayah kemanusiaan yang diperluas oleh Israel.

Lembaga Bantuan Dewan Pengungsi Norwegia, Shaina Low mengatakan bahwa lembaga tersebut tidak dibentuk untuk menerima keluarga-keluarga yang terpaksa mengungsi.

"Tidak ada ruang untuk memasang jamban atau titik air. Ada tumpukan sampah yang sangat banyak. Rekan saya bercerita tentang melihat bangkai keledai di atas sampah, jadi ada berbagai macam masalah kesehatan," kata Low.

Sejauh ini, serangan terhadap Rafah telah menyebabkan salah satu perpecahan terbesar dalam beberapa dekade antara Israel dan sekutu utamanya Amerika Serikat (AS), yang menghentikan beberapa pengiriman senjata.

Presiden AS Joe Biden telah menghadapi kritik keras dari para pendukungnya sendiri di dalam negeri atas dukungannya terhadap Israel. 

Beberapa dari kritikus tersebut menuduh Israel melakukan genosida, klaim yang dibantah oleh Israel dan Gedung Putih AS, salah satunya penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan. 

“Kami tidak percaya apa yang terjadi di Gaza adalah genosida,” kata Sullivan, dilansir Reuters, pada Selasa (14/5/2024). 

Sementara itu, AS menyatakan bahwa Israel tidak boleh menyerang Rafah tanpa rencana untuk melindungi warga sipil. 

Kantor Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan bahwa dia telah memberi pengarahan kepada Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tentang operasi militer di wilayah Rafah, pada Senin (13/5/2024). 

Departemen Luar Negeri AS mengatakan Blinken berbicara dengan Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry dan menegaskan kembali bahwa Washington tidak mendukung operasi darat militer besar-besaran oleh Israel di Rafah.

Sayap bersenjata Hamas mengatakan para pejuangnya terlibat dalam baku tembak dengan pasukan Israel di salah satu jalan di Timur Rafah, dan di Timur Jabalia.

Militer Israel membunyikan sirene beberapa kali di daerah dekat Gaza, memperingatkan potensi peluncuran roket dan atau mortir lintas batas Palestina.

Sementara itu, pengunjuk rasa Israel memblokir truk bantuan menuju Gaza, menyebarkan paket makanan di jalan di pos pemeriksaan Tarqumiya, sebelah Barat Hebron di Tepi Barat yang diduduki Israel.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper