Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menawarkan informasi tentang keberadaan para pemimpin Hamas kepada Israel bila setuju untuk menunda operasi militer besar di Kota Rafah, Gaza Selatan.
The Washington Post yang mengutip empat sumber yang tidak disebutkan namanya melaporkan bahwa AS menawarkan bantuan itu kepada Israel jika mereka mau menghentikan operasi militer di Rafah.
Selain itu, dalam laporan tersebut pemerintah AS juga menawarkan bantuan untuk mendirikan tenda-tenda besar bagi warga Palestina yang dievakuasi dari Rafah. Tawaran lainnya adalah pembangunan infrastruktur untuk memberikan bantuan kemanusiaan.
Seorang pejabat senior pemerintah AS yang mengetahui diskusi tersebut, mengatakan bahwa Israel telah memberikan jaminan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tidak akan memasuki Rafah sebelum mengevakuasi sekitar 800.000 orang dari sekitar 1 juta warga Palestina yang berlindung di Rafah di tengah perang yang sedang berlangsung di Gaza.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih AS John Kirby tampaknya sejalan dengan laporan tersebut, meskipun dia mencatat bahwa tawaran informasi tersebut telah diberikan kepada Israel.
"Sebenarnya kami juga bisa membantu mereka menargetkan para pemimpin, termasuk [pemimpin Hamas] Yahya Sinwar, yang sejujurnya kami lakukan terhadap Israel secara berkelanjutan,” katanya.
Baca Juga
Dilansir Times of Israel, laporan itu muncul setelah dua pejabat Israel mengetahui bahwa Sinwar tidak bersembunyi di Rafah. Pemimpin Hamas itu dikabarkan berada di terowongan bawah tanah di wilayah Khan Younis.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk melancarkan serangan besar-besaran di Rafah selama berbulan-bulan, dengan alasan bahwa operasi tersebut penting untuk mengalahkan Hamas, yang memiliki empat dari enam batalyon aktif yang tersisa di kota tersebut.
Sementara itu, Israel juga melancarkan operasi untuk mengambil alih Penyeberangan Rafah di sisi Palestina, yang dikatakan digunakan untuk tujuan teror, pada awal pekan ini.
Penyeberangan tersebut telah ditutup dan Israel tidak memberikan jadwal pasti penyeberangan tersebut akan dibuka kembali untuk pengiriman bantuan kemanusiaan.
Gedung Putih menyatakan bahwa AS tidak yakin operasi militer tersebut operasi militer skala besar yang telah diperingatkan oleh Biden, akan membuatnya menghentikan pengiriman senjata ke Israel.
Biden mengatakan bahwa dia sudah menahan pengiriman bom dengan muatan tinggi ke Israel, di tengah kekhawatiran bom dari AS akan digunakan di Rafah, pada pekan lalu.