Bisnis.com, JAKARTA - Senjata Amerika Serikat (AS) masih tersedia untuk Israel, meski pengiriman senjata dihentikan untuk sementara waktu oleh Presiden Joe Biden.
Dikutip dari Reuters, Jumat (10/5/2024), persenjataan tersebut ditaksir mencapai miliaran dolar, pengiriman dihentikan sementara oleh pemerintahan Presiden Joe Biden, seperti pengiriman bom dan senjata yang lainnya.
Alasan Pemerintah AS menghentikan pengiriman sementara karena khawatir penggunaan senjata oleh Israel sehingga memberikan lebih banyak dampak buruk serta kehancuran bagi masyarakat Palestina.
Seorang pejabat senior AS menyampaikan telah meninjau pengiriman senjata yang kemungkinan akan digunakan oleh Israel untuk menyerang secara besar-besaran ke Rafah, Gaza Selatan, merupakan tempat warga sipil mencari perlindungan sehingga AS menghentikan pengiriman bom ke Israel.
Tujuh bulan usai perang menghancurkan Gaza, Washington sudah mendesak pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk tidak menyerang Rafah tanpa melindungi warga sipil.
Para pembantu Kongres menaksir nilai pengiriman bom tersebut mencapai puluhan juta dolar AS.
Baca Juga
Petinggi Partai Republik di Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Jim Risch menyampaikan kepada wartawan mengenai peralatan militer yang dikirim ke Israel, meliputi amunisi serangan langsung gabungan (JDAMS) dengan mengubah dumb bombs menjadi senjata yang presisi, peluru tank, mortir, dan kendaraan lapis baja.
Risch menyampaikan pengiriman senjata tersebut tidak melalui proses persetujuan dengan cepat dan biasanya bantuan yang dikirimkan untuk Israel perlu ditinjau dalam beberapa minggu.
Pejabat pemerintahan Biden mengaku tengah meninjau penjualan senjata tambahan. Selain itu, Biden juga telah memperingatkan Israel melalui wawancaranya dengan CNN bahwa AS akan berhenti mengirimkan pasokan senjata jika militer Israel menginvasi Rafah secara besar-besaran.
Seperti diketahui, Israel menyerang Gaza dipicu serangan yang dilakukan oleh kelompok militan Islam Hamas pada 7 Oktober 2023, yang tercatat telah menewaskan 1.200 orang. Menurut otoritas kesehatan setempat, sekitar 35.000 warga Palestina tewas akibat pemboman berikutnya yang dilakukan Israel serta 2,3 juta penduduk Gaza harus mengungsi.
Petinggi Partai Demokrat di Komite Urusan Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat, Gregory Meeks telah menunda paket transfer senjata yang ditaksir senilai US$18 miliar untuk Israel, termasuk lusinan pesawat Boeing Co. F-15.
Tidak ada satu pun perjanjian senjata yang merupakan bagian dari paket pengeluaran yang ditandatangani oleh Biden pada bulan lalu yang mencapai sekitar US$26 miliar untuk dukungan kepada Israel dan bantuan kemanusiaan.
Risch dan Meeks adalah dua dari empat anggota parlemen AS yang melakukan tinjauan terhadap kesepakatan senjata luar negeri secara besar.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan penolakan terhadap Biden dengan memberikan pernyataan melalui video bahwa Israel akan bertarung dengan sekuat tenaga pada Kamis (9/5/2024).
Pemimpin Partai Republik di Senat, Mitch McConnel menyampaikan konsekuensi yang didapatkan sangat buruk jika tidak ada keberanian untuk melawan kelompok radikal dan membela sekutu.
“Jika Panglima Tertinggi tidak dapat mengumpulkan keberanian politik untuk melawan kelompok radikal di sayap kirinya dan membela sekutu yang berperang, konsekuensinya akan sangat buruk,” ujar Mitch McConnell, dalam pidatonya di Senat, dikutip dari Reuters, Jumat (10/5/2024).
Konferensi pers diadakan oleh sepuluh anggota Senat untuk mengeluarkan resolusi yang tidak mengikat dan mengutuk tindakan yang dilakukan oleh pemerintahan Biden untuk membatasi atau menahan senjata untuk Israel.
Juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby berbicara kepada wartawan bahwa Israel masih mendapatkan senjata yang dibutuhkan untuk pertahanan diri.
“Dia [Biden] akan terus memberikan Israel kemampuan yang dibutuhkannya, semuanya,” ujarKirby.
Tindakan Biden disambut baik oleh beberapa anggota Kongres dari Partai Demokrat.
Ketua Subkomite Hubungan Luar Negeri Timur Tengah dari Partai Demokrat Senator Chris Murphy menyampaikan prihatin terhadap kondisi di Rafah yang menewaskan ribuan warga sipil yang tidak berdosa.
Menurutnya, tindakan Israel tidak memberikan dampak yang berarti terhadap kekuatan jangka panjang kelompok Hamas.
“Saya rasa bukan kepentingan strategis atau moral kami untuk membantu Israel melakukan kampanye di Rafah yang mungkin akan membunuh ribuan warga sipil tak berdosa dan tidak akan berdampak berarti pada kekuatan jangka panjang Hamas,” ujarnya kepada Reuters. (Ahmadi Yahya)