Bisnis.com, JAKARTA - Juru bicara Islamic Revolution Guard Corps (IRGC), Brigadir Jenderal Ramezan Sharif membantah klaim Israel atas kerusakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Dimona.
Pihaknya menyebut bahwa pemberitaan yang muncul di laman surat kabar Zionis Ma'ariv sepenuhnya salah dan dapat dikatakan sebagai strategi tindakan jahat sejalan dengan operasi psikologis musuh untuk menipu opini publik.
Sebelumnya, Israel melakukan klaim bahwa terjadi kerusakan di Pembangkit Listrik Dimona bagian penduduk. Namun, hal ini ditepis oleh Iran dengan alasan bahwa Pembangkit Listrik Dimona bukan merupakan sasarannya.
Meski Iran sempat menargetkan wilayah pendudukan, namun IRGC menegaskan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Dimona tidak termasuk dalam target dan tidak berada dalam jangkauannya.
"Republik Islam Iran melawan rezim Zionis, dan pemberitaan berita ini adalah kebohongan besar," ujarnya seperti dikutip dari Kantor Berita Iran, Jumat (19/4/2024).
Adapun atas serangan Iran pada Sabtu (13/4/2024), Komandan Korps Garda Revolusi Islam Ahmad Haghtalab mengatakan serangan yang dilakukan Israel tidak menutup kemungkinan untuk melakukan serangan balasan terhadap fasilitas nuklir Israel.
Baca Juga
Dilansir dari Bloomberg (18/4/2024), Iran akan mempertimbangkan kembali kebijakan nuklirnya jika Israel mengancam untuk menyerang situs-situs atomnya.
Dilansir dari laman The Times of Israel, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Dimona dibangun dengan struktur penahan yang kuat untuk mencegah keluarnya bahan radioaktif saat terjadi krisis atau bencana.
Struktur bangunannya terdiri atas logam dan beton dan mengelola reaktor nuklir untuk menghasilkan listrik hemat biaya. Dalam hal ini, aliran listrik yang dihasilkan kemudian disebar ke penduduk sekitar. Sehingga jika terjadi gangguan, akan menimbulkan dampak yang besar bahkan hingga menyebabkan sebagian besar wilayah Israel menjadi gelap.