Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani mengatakan bahwa negosiasi antara Israel dan Hamas untuk mengamankan gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera, kini terhenti.
“Kami sedang melalui tahap sensitif dengan beberapa kemacetan, dan kami berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi kemacetan ini,” katanya dalam konferensi pers dengan Perdana Menteri Rumania Marcel Ciolacu.
Qatar bersama Amerika Serikat (AS) dan Mesir, telah terlibat dalam perundingan untuk tercapainya gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera Israel dengan imbalan tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.
"Para perunding berusaha untuk bergerak maju dan mengakhiri penderitaan yang dialami masyarakat Gaza dan memulangkan para sandera”, lanjutnya, dilansir CNA, Kamis (18/4/2024).
Para mediator berharap bisa mencapai gencatan senjata sebelum dimulainya Ramadan, namun kemajuan berulang kali tersendat tanpa ada penghentian permusuhan di bulan Ramadan yang berakhir pada pekan lalu.
Sebaliknya, kekhawatiran semakin meningkat bahwa perang selama berbulan-bulan di Gaza akan meluas menjadi konflik regional setelah serangan langsung pertama Iran terhadap musuh bebuyutannya, israel, di akhir pekan ini.
Baca Juga
Perdana Menteri Qatar juga mengatakan bahwa Doha telah memperingatkan sejak awal, perang terhadap perluasan lingkaran konflik, dan saat ini terlihat terjadinya konflik di berbagai bidang.
“Kami terus-menerus menyerukan komunitas internasional untuk memikul tanggung jawab dan menghentikan perang ini,” tambahnya.
Dia mengatakan bahwa rakyat Gaza kini menghadapi pengepungan dan kelaparan karena bantuan kemanusiaan digunakan sebagai alat pemerasan politik.
Seperti diketahui, menurut Kementerian Kesehatan di Palestina, militer Israel telah melancarkan serangan balasan terhadap Hamas yang telah menewaskan 33.899 orang di Gaza, kebanyakan adalah wanita dan anak-anak.
Militer Israel meluncurkan serangan ke Suriah, dan Konsulat Iran yang ada di Damaskus terkena rudal yang menewaskan 7 orang Garda Revolusi Iran, termasuk 2 orang Jenderal Senior.