Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Panas! Israel Ngotot Mau Balas Serangan Iran Meski Ditahan Barat

Israel akan menanggapi serangan rudal dan drone Iran meskipun ada seruan untuk menahan diri dari negara-negara Barat.
Bendera Iran vs Bendera Israel. Dok Aljazeera
Bendera Iran vs Bendera Israel. Dok Aljazeera

Bisnis.com, JAKARTA – Kepala militer Israel mengatakan bahwa negaranya akan menanggapi serangan rudal dan drone Iran meskipun ada seruan untuk menahan diri dari negara-negara Barat untuk menghindari eskalasi konflik di Timur Tengah.

Melansir Reuters, Selasa (16/4/2024), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memanggil kabinet untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari 24 jam untuk mempertimbangkan reaksi terhadap serangan langsung Iran yang pertama kalinya terhadap Israel.

Kepala Staf Militer Israel Herzi Halevi mengatakan bahwa Israel akan merespons, tetapi tidak memberikan rinciannya.

"Peluncuran begitu banyak rudal, rudal jelajah, dan pesawat tak berawak ke wilayah Israel akan ditanggapi," ujarnya di Pangkalan Udara Nevatim di Israel selatan yang mengalami kerusakan dalam serangan Iran pada Sabtu malam.

Serangan Iran, yang diluncurkan sebagai pembalasan atas dugaan serangan udara Israel di kompleks kedutaannya di Damaskus pada tanggal 1 April, telah meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya perang terbuka antara Israel dan Iran serta meningkatkan kekhawatiran bahwa kekerasan yang berakar dari perang Gaza akan menyebar lebih jauh di wilayah tersebut.

Waspada akan bahaya tersebut, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan kepada Netanyahu bahwa AS tidak akan mengambil bagian dalam serangan balasan Israel terhadap Iran.

Sejak dimulainya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, bentrokan-bentrokan telah terjadi antara Israel dan kelompok-kelompok yang bersekutu dengan Iran di Libanon, Suriah, Yaman dan Irak. Israel mengatakan empat tentaranya terluka di wilayah Lebanon pada Senin malam.

Insiden ini merupakan insiden pertama yang diketahui sejak perang Gaza meletus, meskipun telah terjadi beberapa kali baku tembak antara Israel dan kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon.

"Kita berada di tepi jurang (perang) dan kita harus menjauh darinya," kata Josep Borrell, kepala urusan luar negeri Uni Eropa.

Presiden Perancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron menyampaikan imbauan yang sama. AS dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres juga telah mengeluarkan seruan untuk menahan diri.

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby menolak untuk mengatakan apakah Biden mendesak Netanyahu dalam pembicaraan pada Sabtu malam untuk menahan diri dalam menanggapi serangan tersebut.

"Kami tidak ingin melihat perang dengan Iran. Kami tidak ingin melihat konflik regional," kata Kirby.

Ia menambahkan bahwa terserah kepada Israel untuk memutuskan apakah dan bagaimana mereka akan merespons serangan tersebut.

Beberapa negara termasuk Prancis, Belgia, dan Jerman memanggil duta besar Iran. Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan bahwa Prancis bekerja sama dengan mitranya untuk meredakan situasi.

Rusia telah menahan diri untuk tidak mengkritik sekutunya, Iran, di depan publik atas serangan tersebut, tetapi menyatakan keprihatinannya tentang risiko eskalasi pada hari Senin dan juga menyerukan agar semua pihak menahan diri.

"Eskalasi lebih lanjut bukanlah kepentingan siapa pun," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

Iran melancarkan serangannya setelah pembunuhan tujuh perwira Garda Revolusi Iran di Damaskus pada 1 April, termasuk dua komandan senior. Israel tidak mengonfirmasi atau membantah melakukan serangan tersebut.

Serangan balasan Iran, yang melibatkan lebih dari 300 rudal dan drone, menyebabkan kerusakan ringan di Israel dan melukai seorang anak perempuan berusia 7 tahun. Sebagian besar rudal ditembak jatuh oleh sistem pertahanan Iron Dome Israel dan dengan bantuan dari AS, Inggris, Prancis, dan Yordania.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper