Bisnis.com, JAKARTA — Sentimen terhadap aplikasi Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) milik Komisi Pemilihan Umum (KPU) di media sosial ditemukan sangat negatif, khususnya pada hari pemungutan dan satu hari setelahnya.
Berdasarkan hasil analisis Drone Emprit, tren sentimen terhadap aplikasi yang digunakan untuk input data hasil pemungutan suara di TPS itu sebagian besar negatif hingga 85%. Tren sentimen itu dilihat dari analisis pada periode 14-15 Februari 2024, di mana Sirekap disebut dalam media sodial X (dulu Twitter) sebanyak sekitar 105.821 kali.
Berdasarkan pantauan Bisnis di X, 'Sirekap' juga tengah menjadi tren utama atau berada di posisi pertama mengalahkan topik 'Soeharto' dan 'Jokowi' per pukul 13.27 WIB.
"Percakapan terkait Sirekap di X terpantau sentimennya sangat negatif, sebanyak 85%, dan positif hanya 7%," ujar Pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi melalui akun X-nya @ismailfahmi, Jumat (16/2/2024).
Adapun perbincangan mengenai Sirekap di X mulai naik drastis sekali pada malam hari setelah pemungutan suara, Rabu (14/2/2024). Saat data sudah siap untuk diunggah ke KPU menggunakan Sirekap, sentimen negatif di media sosial milik Elon Musk itu langsung tinggi.
Pada hari berikutnya, Kamis (15/2/2024, sentimen negatif naik lagi dan terus tinggi sepanjang hari. Secara terperinci, mentions terhadap Sirekap dengan sentimen negatif mencapai sebanyak 90.380 kali, positif 1.072 kali dan netral 9.214 kali.
Sementara itu, peta netizen atau warganet yang membicarakan soal Sirekap di dunia maya terlihat menunjukkan sebuah klaster besar yang berwarna merah.
"Artinya, mayoritas percakapan di situ memiliki tone yang negatif. Sedikit sekali yang netral atau positif," demikian papar Ismail.
Di sisi lain, analisis Drone Emprit sempat menyinggung kelemahan Sirekap dalam akurasi input data ke KPU pusat. Salah satu contohnya yang terjadi kemarin malam, Kamis (15/2/2024), ketika suara real count KPU pasangan calon (paslon) 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar loncat ke sekitar 31% akibat kesalahan memasukkan data perolehan suara mereka di Lampung yang mencapai 3,5 juta suara.
Akibatnya, suara paslon 01 naik menjadi 31,9%. Namun, tiba-tiba dalam beberapa menit berubah menjadi 25,4%.
Drone Emprit melaporkan bahwa akibat kesalahan tersebut, terjadi tudingan dan dugaan manipulasi pada Sirekap. Warganet tidak mengetahui bahwa kesalahan data dari Lampung itu sudah dibetulkan, sehingga yang terbaru adalah perolehan yang benar.
"Kelemahan pada Sirekap telah menimbulkan kehebohan dan menurunkan kepercayaan kepada Sirekap/KPU," ujar Ismail.
Di sisi lain, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) memastikan data penghitungan suara dalam Sirekap tidak akan menjadi penentu hasil Pemilu 2024. Ketua Bawaslu RI Rahmat Bagja mengakui banyak ditemukan salah input data perolehan suara pasangan calon presiden dan wakil presiden peserta Pilpres 2024 dalam aplikasi Sirekap. Meski demikian, dia mengimbau agar masyarakat tidak khawatir.
"Jadi yang kami minta pegang adalah [perhitungan] manualnya, rekapitulasi manual, bukan Sirekap. Sirekap hanya memberikan informasi bahwa [formulir] C1 itu bisa dilihat oleh seluruh warga negara," jelas Bagja ketika memberikan keterangan pers di Kantor KPU RI Jakarta Pusat, dikutip Jumat (16/2/2024).
ANALISIS SIREKAP DI MEDIA SOSIAL
— Ismail Fahmi (@ismailfahmi) February 16, 2024
Tadi ada FGD dengan @perludem, bersama teman2 dari UI, Elsam, Mafindo, BSSN, dan Safenet. Dari @KPU_ID berhalangan hadir.
Membahas tentang Sirekap. Saya diminta melaporkan analisis percakapan netizen tentang Sirekap di media sosial.
Bagaimana… pic.twitter.com/uH9qXm1nUu
Dia menjelaskan bahwa fungsi Sirekap hanya untuk transparansi hasil perhitungan suara di tingkat tempat pemungutan suara (TPS). Mekanismenya, setiap para petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) di TPS, wajib mengunggah hasil perhitungan suara yang sudah ditulis dalam Formulir C hasil ke aplikasi Sirekap.
Dengan begitu, publik bisa mengecek langsung hasil perhitungan suara. Hasil konversi data dari aplikasi Sirekap sendiri dipublikasi dalam situs pemilu2024.kpu.go.id.
"Jika kemudian dalam sistemnya [Sirekap] bermasalah, yang penting bisa dilihat adalah [formulir] C1-nya, itu yang paling penting dalam sebuah pemungutan dan penghitungan suara yang benar," kata Bagja.