Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Media Asing Soroti Potensi Kembalinya Orde Baru di Indonesia

Pemilu dan Pilpres 2024 kali ini, menjadi sorotan media asing lantaran adanya peluang kembalinya kondisi seperti pada era Order Baru.
DEBAT KEEMPAT PILPRES 2024 Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 1 Muhaimin Iskandar (tengah), Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka (kanan) dan Cawapres nomor urut 3 Mahfud MD (kiri) mengikuti Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1/2024). / Bisnis - Eusebio Chrysnamurti
DEBAT KEEMPAT PILPRES 2024 Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 1 Muhaimin Iskandar (tengah), Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka (kanan) dan Cawapres nomor urut 3 Mahfud MD (kiri) mengikuti Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1/2024). / Bisnis - Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Kekhawatiran akan kembalinya kondisi seperti era Orde Baru di Indonesia menjadi sorotan dari media asing, menjelang dilaksanakannya Pemilu adan Pilpres 2024.

Kantor berita asing, Reuters dalam artikelnya pada Rabu (14/2/2024) melaporkan bahwa para aktivis di Indonesia terus mengamati berbagai peristiwa dan kebijakan kontroversial dari pemerintah selama pra-pemilu.

Hal tersebut dikhawatirkan menjadi kemunduran bagi proses demokrasi yang sudah berjalan dan susah payah diperoleh setelah jatuhnya era Orde Baru pemerintahan Soeharto pada tahun 1998.

“Kami tidak ingin Orde Baru kembali,” kata Sulistyowati Irianto, profesor hukum di Universitas Indonesia, dalam sebuah acara pada hari Senin, mengacu pada dugaan keterlibatan Jokowi dalam pemilu, seperti dikutip dari Reuters.

Sementara itu, beberapa kritikus mengatakan ketidakpuasan terhadap Jokowi dapat merusak kepercayaan publik terhadap Prabowo Subianto yang saat ini maju sebagai calon presiden dengan menggandeng Gibran Rakabuming Raka.

“Ini mungkin berarti bahwa Prabowo [akan] kehilangan sejumlah suara, tetapi tidak yakin berapa persennya,” kata Andreas Harsono dari Human Rights Watch.

Sebelumnya, Reuters dalam pemberitaannya juga menyoroti absennya Prabowo Subianto dalam seremoni ‘Deklarasi Kemerdekaan Pers’ pada hari terakhir periode kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, Sabtu (10/2/2024).

Agenda yang dihelat oleh Dewan Pers Nasional itu seharusnya dihadiri oleh tiga capres yakni Prabowo, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Namun, hanya Anies, capres nomor urut 01, dan Ganjar, bernomor urut 03, yang hadir dalam acara itu dan menandatangani dokumen yang menyatakan komitmen mereka pada kebebasan pers.

Saat itu, Prabowo diwakili oleh Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Rosan Roeslani. Kendati begitu, belum ada informasi jelas ihwal penandatanganan dokumen serupa oleh Prabowo sebab TKN enggan menanggapi pertanyaan mengenai hal tersebut.

Sebelumnya, Human Rights Watch mengatakan Prabowo tidak menanggapi kuesioner mengenai isu-isu hak asasi utama yang dihadapi masyarakat Indonesia, sedangkan Anies dan Ganjar memberikan jawaban terperinci.

“Tim politik dari dua calon telah memberikan gambaran kepada pemilih di Indonesia dengan menyampaikan pandangan mereka,” kata Elaine Pearson, Direktur Asia di Human Rights Watch.

“Pemilih di Indonesia perlu mengetahui posisi [semua kandidat] dalam berbagai isu penting yang memengaruhi mereka dan komunitas di mana mereka tinggal,” ujarnya.

Sebagai informasi, Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden beserta quick count 2024 serentak dilaksanakan hari ini, Rabu (14/2/2024)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper