Bisnis.com, JAKARTA - Pemilihan umum ke-12 di Pakistan dinyatakan ditutup setelah diwarnai protes massal dugaan manipulasi pra-pemungutan suara, penghentian layanan seluler, dan ledakan bom yang menewaskan sedikitnya sembilan korban jiwa.
Komisi Pemilihan Umum Pakistan (The Election Commission of Pakistan/ECP) menyatakan penghitungan suara dimulai, segera setelah penutupan tempat pemungutan suara pada Kamis malam (8/2/2024) waktu setempat.
Setelah menutup tempat pemungutan suara, Perdana Menteri sementara Anwaar-ul-Haq Kakar mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemilu tersebut adalah “peristiwa penting”.
Kakar juga memuji antusiasme masyarakat Pakistan dan menyampaikan apresiasi atas partisipasi mereka dalam proses pemungutan suara.
“Tingginya jumlah pemilih merupakan indikasi jelas komitmen publik dalam membentuk masa depan negara kita,” ujarnya, melansir Aljazeera, Jumat (9/2/2024).
Mantan Perdana Menteri Nawaz Sharif yang tiga kali menjabat dari Pakistan Muslim League-Nawaz (PML-N) dianggap sebagai kandidat terkuat.
Baca Juga
Kepada media, Sharif menyatakan bahwa dirinya tidak pernah memiliki masalah dengan militer Pakistan, meski pernah memiliki perbedaan pendapat dengannya di masa lalu.
Jalannya menuju jabatan Perdana Menteri baru terbuka usai saingan beratnya, mantan Perdana Menteri Imran Khan, dilarang berpartisipasi dalam Pemilu lantaran dakwaan kasus korupsi.
Khan saat ini tengah mendekam di penjara dan menjalani serangkaian hukuman lantaran berbagai tuduhan. ECP bahkan telah mengambil Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) milik Khan, namun mereka masih berhasil mengajukan kandidat independen dalam kampanye yang terkoordinasi.
Menteri Luar negeri Bilawal Bhutto Zardari dari Partai Rakyat Pakistan (Pakistan Peoples Party/PPP) sebelumnya telah memberikan suaranya di provinsi Sindh, di mana partai tersebut memiliki suara yang sangat besar.
PPP berharap dapat memberikan kejutan dan mengacaukan prediksi dengan keluar sebagai pemenang dalam Pemilu.
Sebelum pemungutan suara dimulai Kamis (8/2/2024) pukul 08.00 pagi waktu setempat, pemerintah mengumumkan untuk menghentikan layanan seluler di Pakistan dengan dalih keamanan.
Namun, terjadi sejumlah ledakan bom pada siang hari, menewaskan sembilan orang di provinsi barat laut Khyber Pakhtunkhwa dan provinsi barat daya Balochistan.
Dua ledakan bom sempat terjadi pada Rabu (7/2/2024) di Balochistan di kantor pemilihan dua kandidat, menelan 27 orang korban jiwa.
Di sisi lain, banyak warga Pakistan mengharapkan Pemilu kali ini akan menghasilkan pemerintahan yang mampu membawa stabilitas bagi negaranya, mengingat negara ini tengah menghadapi krisis ekonomi serta situasi keamanan yang bergejolak dengan lebih dari 1.000 orang tewas akibat serangan tahun lalu.
Kendati demikian, para analis telah memperingatkan bahwa pemerintahan berikutnya mungkin akan kesulitan mendapatkan legitimasi, lantaran penargetan Khan.
Selain itu, tanpa kepercayaan rakyat Pakistan, lanjut para analis, Perdana Menteri berikutnya mungkin akan sulit mengambil langkah-langkah guna membantu negara tersebut mengatasi berbagai tantangan yang ada.