Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pakistan Tutup Layanan Telepon Seluler Saat Hari Pemilu, Ada Apa?

Pakistan menghentikan layanan telepon seluler ketika hari pemungutan suara guna menjaga ketertiban pasca meningkatnya insiden terorisme.
telepon seluler (ponsel)/JIBI-Dwi Prasetya
telepon seluler (ponsel)/JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Pakistan menghentikan layanan telepon seluler ketika hari pemungutan suara guna menjaga ketertiban pasca meningkatnya insiden terorisme beberapa hari belakangan. Upaya ini dilakukan sesuai dengan arahan dari Kementerian Dalam Negeri Pakistan. 

“Menutup layanan seluler secara nasional untuk sementara waktu guna menjaga situasi hukum dan ketertiban, serta mengatasi ancaman,” ujar Kementerian Dalam Negeri Pakistan, dikutip dari Bloomberg, Kamis (8/2/2024).

Ketetapan itupun juga dilakukan kurang dari 24 jam setelah terjadinya dua ledakan bom yang menargetkan dua kantor pemimpin politik berbeda. Diketahui, tindakan ini menewaskan setidaknya 20 orang di Provinsi Balochistan, barat laut Pakistan. 

Selain itu, menurut Institut Studi Konflik dan Keamanan Pakistan, secara total ada sekitar 217 serangan militan sejak pemilu diumumkan pada November 2022. 

Diketahui, negara di Asia Selatan ini telah mengalami pemblokiran akses terhadap media sosial beberapa kali dalam beberapa bulan terakhir.

Hal ini dikarenakan partai Pakistan Tehreek-e-Insaf yang dipimpin mantan kandidat pemimpin dalam pemilu ini Khan melakukan lebih banyak kampanye online untuk menghindari pihak berwenang. 

Diketahui, politisi paling populer Imran Khan masuk penjara karena kasus korupsi dan diskualifikasi dari pemilu.

Oleh karena tindakan tersebut, Pakistan bahkan menutup perbatasannya dengan Afghanistan dan Iran pada hari pemilu ini untuk menjaga keamanan negara. 

Namun, Partai Tehreek-e-Insaf justru mengatakan semua tindakan yang dilakukan pemerintah merupakan penindasan yang disengaja pada hak-hak warga negara.

“Penindasan yang disengaja terhadap hak-hak warga negara dan merupakan penghinaan terhadap demokrasi,” ujar partai tersebut di akun X.

Direktur South Asia Institute di Wilson Center Michael Kugelman mengatakan semua tindakan ini merupakan awal yang tidak menyenangkan untuk hari pemilu.

Michael bahkan mengatakan kekhawatiran pada keamanan ini jauh lebih besar dibandingkan pemilu sebelumnya, pada 2018 dan 2023. 

“Kekhawatiran keamanan lebih besar pada tahun 2018 dan 2013, dan saya tidak ingat tindakan seperti ini terjadi pada saat itu,” ujar Michael. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Thomas Mola
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper