Bisnis.com, JAKARTA – Pasukan militan Palestina, Hamas mengatakan bahwa mereka akan mempelajari proposal gencatan senjata yang diajukan Israel sebagai upaya resolusi konflik di Gaza, Selasa (30/1/2024).
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan bahwa pihaknya telah menerima proposal gencatan senjata yang diajukan usai pertemuan Israel dengan beberapa negara di Paris, Prancis pada Senin (29/1/2024) lalu.
“Prioritas kelompok militan Palestina adalah mengakhiri serangan Israel dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza,” katanya sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa (30/1/2024).
Dia mengatakan dia akan mempelajari rencana gencatan senjata tersebut dan mengunjungi Mesir untuk mendiskusikannya.
Haniyeh tidak memberikan rincian mengenai usulan gencatan senjata dari pertemuan yang melibatkan Direktur CIA William Burns, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed, Kepala Dinas Intelijen Mossad Israel David Barnea, dan Kepala Intelijen Mesir Abbas Kamel itu.
Adapun, pernyataan Hamas tersebut disampaikan beberapa jam setelah pasukan Israel membunuh tiga militan Palestina di sebuah rumah sakit di Tepi Barat.
Baca Juga
Meskipun terdapat peningkatan kekerasan Israel di Tepi Barat bahkan sebelum perang kembali meletus pada Oktober lalu, penggerebekan rumah sakit itu dinilai dapat memicu kerusuhan yang lebih intens.
Rekaman CCTV menunjukkan beberapa tentara Israel, termasuk tiga orang yang berpakaian wanita dan dua berpakaian seperti petugas medis Palestina, berjalan melalui koridor di rumah sakit Ibnu Sina di kota Jenin dengan membawa senapan.
Menurut Hamas, salah satu korban tewas adalah anggota kelompoknya, sementara dua korban lainnya disebut merupakan saudara dari anggota faksi Jihad Islam.
Di sisi lain, militer Israel mengklaim bahwa salah satu korban tewas membawa pistol, seraya menuduh bahwa Hamas menggunakan wilayah sipil dan rumah sakit sebagai tempat berlindung. Hamas sebelumnya membantah tuduhan tersebut.
Sumber-sumber dari Palestina mengatakan bahwa ketiga korban itu tidak terlibat pertempuran apa pun. Mereka mengatakan bahwa salah satu korban, Basel Al-Ghazzawi, berada di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan cedera punggung dan tengah menggunakan kursi roda.
Pasukan rahasia Israel justru disebut masuk ke rumah sakit, menuju lantai tiga dan membunuh para korban dengan menggunakan pistol berperedam.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Palestina Mai Alkaila menyebut insiden tersebut sebagai kejahatan perang dan mendesak PBB dan kelompok hak asasi internasional untuk mengakhiri tindakan tersebut.