Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan bahwa jumlah korban tewas di Jalur Gaza telah melebihi 25.000 jiwa.
Kementerian itu mengatakan bahwa serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 25.105 orang di Gaza, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Hamas dilaporkan telah menyandera sekitar 250 orang selama serangan, dan Israel mengatakan sekitar 132 orang masih berada di Gaza.
Selain itu, laporan mengenai kekerasan seksual bermunculan, namun kurangnya kesaksian para penyintas dan kurangnya bukti forensik, sehingga sulit untuk menilai skala kekerasan tersebut.
Kerabat dan para pendukung para sandera kembali berunjuk rasa untuk meminta mereka kembali ke rumah, di dekat kediaman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Yerusalem pada Minggu (21/1/2024).
"Jika kami menerima ini, tentara kami akan gugur sia-sia, dan keamanan tidak akan terjamin," kata Netanyahu, dilansir CNA, Senin (22/1/2024).
Baca Juga
Badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan akan adanya kelaparan dan penyakit ketika 1,7 juta warga Gaza mengungsi, berjuang dengan kekurangan air, perawatan medis, dan kebutuhan penting lainnya selama pemboman Israel yang menyerang setiap hari.
Upaya diplomatik yang dilakukan telah berhasil meningkatkan pengiriman bantuan ke Jalur Gaza. Badan Kementerian Pertahanan Israel yang bertanggung jawab atas sipil Palestina (COGAT) mengatakan sebanyak 260 truk bantuan kemanusiaan telah memasuki Gaza, pada Minggu (21/1/2024).
Sementara itu, PBB melaporkan sebanyak 288 truk telah masuk, namun angka tersebut masih jauh di bawah angka sebelum berperang.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS), negara-negara Arab dan pemerintah lainnya sedang mencari solusi untuk rakyat Palestina, tetapi Netanyahu menolaknya dengan menyatakan Israel harus mempertahankan kembali keamanan di Jalur Gaza dari Hamas.