Bisnis.com, JAKARTA – Jawa Timur menjadi battleground atau medan pertempuran sengit setiap pemilihan umum (pemilu) atau pemilihan presiden (pilpres) tiba. Provinsi ini adalah salah satu kunci kemenangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Pilpres 2024 lalu.
Secara kultural, Jawa Timur memang cukup unik. Mayoritas masyarakat Jatim merupakan kaum Nahdliyin (santri) sebutan untuk warga Nahdlatul Ulama (NU). Sementara sebagian lagi adalah kelompok abangan jika mengacu kepada konsep Clifford Geertz.
Kendati mayoritas NU, secara politik, orientasi politik masyarakat Jawa Timur sangat berbeda-beda. Hasil pemilu 2019 mengonfirmasi kecenderungan politik warga Jatim. Pada waktu itu, PKB yang lahir dari rahim NU, menjadi pemenang di Jatim dengan capaian suara 19,409 persen. Perolehan suara PKB tersebut bersaing ketat dengan PDI Perjuangan (PDIP) yang berada di peringkat kedua dengan angka 19,407 persen. Selisih suara PKB dan PDIP hanya 0,002 persen.
Sementara itu, jika melihat hasil Pilpres 2019, pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Ma’ruf Amin menang mutlak di Jawa Timur. Jokowi- Ma’ruf memperoleh suara sebanyak 65,72 persen. Sedangkan paslon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 34,21 persen.
Namun demikian, perubahan komposisi koalisi pada Pemilu 2024, juga berpotensi mengubah peta politik Jawa Timur. Seperti diketahui koalisi pemerintah terpecah ke dalam tiga kelompok. Pertama Koalisi Perubahan, di koalisi ini PKB bekerja sama dengan NasDem dan PKS untuk mengusung paslon Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Suara NasDem di Jatim sebanyak 9,71 persen dan PKS 3,91 persen.
Cak Imin adalah Ketua Umum PKB dan secara kultural berasal dari kalangan elite NU. Cak Imin sempat sesumbar bahwa dia ingin menyapu bersih suara di Jatim. Tak tanggung-tanggung dia menargetkan menang di angka 50 persen untuk AMIN. “PKB juara di Jawa Timur. Jawa Timur juara I,” ujarnya dilansir dari Antara.
Baca Juga
Selain koalisi AMIN, kubu Jokowi juga terpecah ke dalam Koalisi Indonesia Maju. Di dalam koalisi ini ada Gerindra, Golkar, PAN, dan Partai Demokrat selebihnya partai baru dan non-parlemen. Golkar adalah partai pengusung Jokowi pada Pilpres 2019 lalu.
Di Jawa Timur perolehan suaranya pada Pemilu 2019 mencapai 10,02 persen atau di bawah Gerindra yang mencapai 11,05 persen. Sementara itu PAN dan Demokrat masing-masing sebanyak 5,4 persen dan 8,23 persen.
Adapun koalisi ini mengusung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Prabowo telah beberapa kali berkunjung ke Jawa Timur, kampanye ke basis-basis kaum Nahdliyin maupun wilayah abangan yang menjadi basis pendukung PDIP. Prabowo juga menargetkan memang di Jatim.
Sementara itu koalisi yang terakhir adalah PDIP dan PPP serta partai non parlemen seperti Hanura dan Perindo. Koalisi ini mengusung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Di Jatim PDIP adalah runner up. Sementara perolehan suara PPP hanya 5,38 persen, Hanura 1,17 persen, dan Perindo 2,2 persen.
Meski kalah gemuk dengan koalisi lainnya, Wakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud Andika Perkasa mengatakan bahwa pihaknya tetap optimistis perolehan mereka bakal didongkrak oleh basis pendukung Mahfud MD di Jawa Timur. "Ya, kita sangat optimis [Ganjar-Mahfud menang di Jawa Timur].”
Sebaran Suara
Politik di Jawa Timur tidak pernah lepas dari kultur masyarakat. Ada empat subkultur di Jawa Timur yang mewakili kelompok atau orientasi politik tertentu. Pertama, kultur Madura dan Pendalungan, yang mencakup wilayah Pulau Madura dan sebagain besar Tapal Kuda (Pasuruan, Probolinggo, Bondowoso, Situbondo, Lumajang, Jember dan sebagian Banyuwangi). Pendalungan adalah campuran antara budaya Madura dan Jawa.
Di sebagian daerah ini PKB menang. Namun demikian, PDIP dan NasDem juga berhasil memperoleh suara mayoritas. Di Sampang dan Probolinggo, misalnya, NasDem memperoleh suara dominan. Di Banyuwangi, PDIP memperoleh suara terbanyak.
Selain Madura dan Tapal Kuda. Kultur arek juga memiliki kecenderungan politiknya sendiri. Kultur arek mewakili wilayah Surabaya, Gresik, Kota Malang, Malang, Kota Mojokerto, Mojokerto, Sidoarjo, dan Jombang. Namun menurut Abdillah (2007), wilayah kultur Arek juga mencakup sebagian Blitar dan Kediri.
Secara politik, wilayah dengan kultur arek didominasi oleh pemilih PDIP, kecuali Gresik dan Sidoarjo yang dikuasi oleh PKB. Surabaya, Mojokerto kota dan kabupaten, Malang kota dan kabupaten, dikuasi oleh PDIP. Di Jombang, PDIP dan PKB sama kuat.
Kultur politik yang ketiga adalah Mataraman. Disebut Mataraman karena wilayah ini lebih dekat dengan kultur Jawa tengahan, Mataram. Mataraman mencakup kawasan Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Kota Madiun, Madiun, Magetan, Blitar, Tulungagung, Ngawi, Nganjuk, Bojonegoro, hingga Tuban.
Pacitan dan Magetan didominasi oleh Partai Demokrat. Suara Demokrat mutlak di wilayah ini karena faktor Susilo Bambang Yudhoyono. SBY lahir dan dibesarkan di Pacitan. Suara Demokrat pada Pemilu 2019 lalu mencapai 50,8 persen. Ponorogo didominasi oleh NasDem dengan capaian 33,09 persen.
Sementara itu kota Blitar, Blitar, kota Kediri, Kediri, kota Madiun, Trenggalek, Tulungagung, dan Ngawi mayoritas didominasi oleh PDIP. Sedangkan PKB mendominasi Kabupaten Madiun, Bojonegoro, Tuban, dan Nganjuk.
Realitas Survei
Adapun khusus Pemilu 2024, sejumlah lembaga survei telah mempublikasikan hasilnya. Indikator Politik, misalnya, telah mempublikasikan data tentang elektabilitas partai politik maupun presiden di Jawa Timur.
Khusus Pilpres, paslon Prabowo – Gibran berpeluang menang. Elektabilitas Prabowo-Gibran di Jatim mencapai 47,1 persen. Angka ini jauh di atas Ganjar-Mahfud yang hanya 29,5 persen dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang hanya 16 persen. Survei dilakukan pada 23 sampai 24 Desember 2023.
Sementara itu, khusus partai politik, PDIP memiliki elektabilitas tertinggi di Jawa Timur. Elektabilitas PDIP mencapai 25 persen. Unggul dari PKB yang hanya 13,6 persen dan Gerindra yang di kisaran 11 persen.
Versi Centre for Strategic International Studies atau CSIS dan Litbang Kompas juga menunjukkan kecenderungan yang sama. Meski tidak memaparkan detail tentang partai politik, namun jika melihat hasil sigi kedua lembaga survei, peluang Prabowo-Gibran di Jawa Timur cukup tinggi.
Data CSIS periode survei 13-18 Desember 2023 bahkan mencatat elektabilitas Prabowo-Gibran di Jatim mencapai 52 persen. Sisanya diperebutkan Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin yang masing-masing di angka 22 persen dan 15 persen.
Sedangkan data Litbang Kompas yang dipublikasikan pada Desember lalu juga mengungkap hal yang sama. Elektabilitas Prabowo-Gibran di Jatim mencapai 40,9 persen, Ganjar-Mahfud 18,6 persen, dan Anies-Muhaimin 10 persen.