Bisnis.com, JAKARTA - Tentara Israel mengatakan bahwa mereka mengebom sejumlah sasaran di Jalur Gaza ketika para diplomat terus berupaya menghentikan pertempuran yang menurut Hamas telah menewaskan 20.000 orang di wilayah Palestina.
Melansir CNA, Kamis (21/12/2023), Kepala Bantuan PBB Martin Griffiths menyebut lonjakan jumlah korban tewas sebagai "tonggak sejarah yang tragis dan memalukan" ketika Dewan Keamanan PBB kembali membahas rancangan resolusi yang menyerukan penghentian perang paling berdarah di Gaza.
Adapun, tentara Israel mengatakan pesawatnya telah menyerang 230 sasaran lainnya di Gaza yang terkepung selama beberapa hari terakhir, termasuk lokasi peluncuran roket dan kompleks di selatan Kota Khan Yunis, sementara pasukan darat menemukan senjata di dalam sebuah sekolah di Jabalia dekat Kota Gaza.
Perang dimulai ketika Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.140 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik sekitar 250 orang berdasarkan data Israel.
Kantor media pemerintah Hamas mengatakan pada Rabu (20/12/2023), sedikitnya 20.000 orang tewas di wilayah Palestina, dengan 8.000 anak-anak dan 6.200 wanita di antara korban tewas.
Di Kota Rafah di bagian paling Selatan, yang merupakan pusat bagi banyak pengungsi Palestina, bola api dan asap membubung setelah ledakan pada hari Rabu (20/12/2023).
Baca Juga
“Saya menginginkan gencatan senjata sepenuhnya, dan mengakhiri serangkaian kematian dan penderitaan. Sudah lebih dari 75 hari,” kata seorang warga, Kassem Shurrab, 25 tahun.
Pembicaraan Gencatan Senjata
Harapan bahwa Israel dan Hamas bisa melakukan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera meningkat minggu ini ketika pemimpin kelompok militan Palestina mengunjungi Mesir dan mengadakan pembicaraan di Eropa.
Direktur Mossad David Barnea mengadakan "pertemuan positif" di Warsawa dengan kepala CIA Bill Burns dan Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, kata sumber yang mengetahui pembicaraan tersebut.
Ketua Hamas yang berbasis di Qatar Ismail Haniyeh mengunjungi Mesir pada hari Rabu (20/12/2023) untuk melakukan pembicaraan dengan Kepala Intelijen Negara Abbas Kamel. Namun, posisi Israel dan Hamas masih jauh berbeda.
Seorang pejabat Hamas mengatakan bahwa "gencatan senjata total dan mundurnya tentara pendudukan Israel dari Jalur Gaza merupakan prasyarat untuk setiap negosiasi serius" mengenai pertukaran sandera-tahanan.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan tidak akan ada gencatan senjata di Gaza sebelum “penghapusan” Hamas.
Dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan tentang kesepakatan baru pembebasan sandera: "Tidak ada harapan pada saat ini. Tapi kami mendorongnya."
Qatar, yang didukung oleh Mesir dan Amerika Serikat, bulan lalu membantu menengahi gencatan senjata pertama selama seminggu yang membebaskan 80 sandera Israel dengan imbalan 240 tahanan Palestina.