Siapa Sandera yang Dibebaskan?
Hamas belum merilis daftar lengkap nama mereka yang ditahan di Gaza. Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan kelompok itu mengatakan perlu jeda "untuk menemukan dan menentukan di mana orang-orang tersebut berada".
Tidak semua sandera yang disandera pada 7 Oktober ditahan oleh pejuang Hamas. Di antara 50 perempuan dan anak-anak di bawah usia 19 tahun yang dibebaskan oleh Hamas adalah tiga warga negara AS, termasuk seorang anak perempuan yang akan berusia 4 tahun pada Jumat (24/11/2023), kata pejabat AS.
Selain warga sipil dan tentara Israel yang disandera pada 7 Oktober, lebih dari setengah dari sekitar 240 sandera adalah warga asing dan berkewarganegaraan ganda dari sekitar 40 negara termasuk Argentina, Inggris, Chile, Perancis, Jerman, Portugal, Spanyol, Thailand dan Amerika Serikat, seperti disebutkan pemerintah Israel.
Siapa Warga Palestina yang Dibebaskan?
Israel telah memberikan daftar sekitar 300 tahanan Palestina yang mungkin akan dibebaskan – dua kali lipat jumlah perempuan dan anak di bawah umur yang telah disetujui untuk dibebaskan pada awalnya – dan memperkirakan lebih dari 50 sandera akan dibebaskan berdasarkan kesepakatan tersebut.
Masyarakat Tahanan Palestina mengatakan bahwa pada Rabu, 7.200 tahanan ditahan oleh Israel, di antaranya 88 wanita dan 250 anak-anak berusia 17 tahun ke bawah.
Kebanyakan dari 300 orang tersebut berasal dari Tepi Barat dan Yerusalem yang diduduki Israel dan ditahan karena insiden seperti percobaan penikaman, pelemparan batu ke tentara Israel, membuat bahan peledak, merusak properti dan melakukan kontak dengan organisasi musuh. Tidak ada yang dituduh melakukan pembunuhan.
Baca Juga
Banyak dari warga Palestina yang ditahan secara administratif, artinya mereka ditahan tanpa diadili.
Para tahanan yang dibebaskan dapat dibawa dengan bus ke markas besar kepresidenan Otoritas Palestina terlebih dahulu seperti pada pembebasan sebelumnya, meskipun Presiden Palestina Mahmoud Abbas tidak berperan dalam perundingan gencatan senjata ini, kata seorang pejabat Palestina.
Siapa yang Berunding?
Qatar memainkan peran yang besar dalam proses mediasi. Hamas memiliki kantor politik di Doha dan pemerintah Qatar menjaga saluran komunikasi tetap terbuka dengan Israel, meskipun tidak seperti beberapa negara Teluk Arab lainnya, Qatar belum menormalisasi hubungan dengan Israel.
Amerika Serikat juga berperan penting dengan Presiden AS Joe Biden yang mengadakan pembicaraan telepon dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada pekan-pekan menjelang perjanjian tersebut.
Mesir, negara Arab pertama yang menandatangani perjanjian perdamaian dengan Israel dan telah lama memainkan peran mediasi selama beberapa dekade konflik Israel-Palestina, juga terlibat.
Mengapa Butuh Waktu Lama?
Kesepakatan itu diumumkan 46 hari setelah dimulainya perang, salah satu konflik paling sengit yang pernah terjadi antara kedua belah pihak.
Pejuang Hamas menewaskan 1.200 orang ketika mereka melancarkan serangan terhadap Israel, yang merupakan jumlah korban terbesar dalam satu hari di wilayah Israel sejak berdirinya negara Zionis itu pada tahun 1948.
Lebih dari 13.000 warga Palestina telah tewas dalam serangan udara dan serangan darat oleh Israel, jumlah terbesar dari berbagai perang terkini.
Di tengah pertempuran sengit tersebut, faktor banyaknya sandera dan tekad Israel untuk memusnahkan Hamas di Gaza, membuat proses perundingan bahkan untuk mencapai kesepakatan sementara seperti ini terbukti jauh lebih menantang dibandingkan konflik-konflik sebelumnya.
Negosiasi awal untuk mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas, keduanya musuh bebuyutan, dimulai beberapa hari setelah serangan 7 Oktober namun kemajuannya lambat.
Hal ini sebagian disebabkan karena komunikasi antara pihak-pihak yang bertikai harus melalui Doha atau Kairo dan kembali lagi untuk menyelesaikan setiap detail, seperti mendapatkan daftar lengkap dari Hamas agar mereka dapat dibebaskan, kata para pejabat AS.
Meski sudah ada kesepakatan, gencatan senjata hanya bersifat sementara. Hamas mengatakan selama gencatan senjata, "mereka tetap siap untuk mengambil tindakan".
Israel mengatakan konflik akan terus berlanjut sampai semua sandera dibebaskan dan Hamas dilenyapkan.
Pada 2014, ketika Israel terakhir kali melancarkan invasi darat besar-besaran di Gaza, dibutuhkan waktu 49 hari bagi kedua belah pihak untuk menerapkan kesepakatan gencatan senjata, tetapi hal itu membuat pertempuran besar berakhir selama beberapa tahun.