Bisnis.com, SOLO - Muncul gerakan boikot produk Israel dan menimbulkan banyak pro dan kontra di kalangan masyarakat.
Akan tetapi, muncul banyak pertanyaan tentang dampak dari gerakan boikot ini. Sebab, seruan boikot produk pro Israel dikhawatirkan dapat memunculkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap tenaga kerja di Tanah Air.
Kekhawatiran tersebut diutarakan Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah.
Dia mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan komunikasi secara intens dengan perusahaan-perusahaan yang diduga terafiliasi dengan Israel untuk meminimalisir dampak aksi boikot produk mereka terhadap nasib tenaga kerjanya.
Namun bagaimana dampak boikot produk Israel menuru para ahli?
Pendapat Ahli Malaysia
Profesor Madya Ekonom Dr Nuradli Ridzwan Shah Mohd Dali menyoroti potensi boikot akan merangsang penjualan produk lokal ketika konsumen mengubah preferensi mereka.
Baca Juga
Ia menekankan bahwa perubahan perilaku konsumen ini dapat meningkatkan ukuran dan daya beli pasar lokal, sehingga mendorong pertumbuhan bisnis dalam negeri.
Itu artinya, Nuradli optimistis jika permintaan produk lokal akan meningkat seiring dengan seruan boikot yang dilakukan.
“Akan selalu ada alternatif produk internasional yang dapat dipilih konsumen. Jika Anda terbiasa membeli burger dari restoran cepat saji, ada juga pedagang kaki lima yang menggunakan bahan-bahan lokal,” katanya kepada New Straits Times .
Nuradli mengemukakan bahwa di Malaysia, boikot adalah sebuah pilihan, bukan suatu keharusan, karena negara tersebut merupakan pasar terbuka dengan sentimen konsumen yang beragam.
Untuk membuat boikot ini lebih berdampak, ia menyarankan agar konsumen mengeksplorasi industri tertentu, khususnya produk terkait semikonduktor, yang secara signifikan berkontribusi terhadap produk domestik bruto Israel.
Akan tetapi dengan tegas, dia memperingatkan agar tidak menuduh perusahaan waralaba milik Malaysia memberikan dana kepada Israel, dan mendesak sikap netral untuk mencegah dampak negatif.
“Kalau ada produk alternatif serupa ya, kita bisa boikot untuk membantu mendongkrak produk lokal, tapi penjual tidak boleh menaikkan harga (saat permintaan meningkat)," tambahnya.
Bagaimana menurut pendapat ahli Indonesia?