Bisnis.com, JAKARTA – Para pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza dan mengatakan warga Palestina di sana berada dalam risiko besar genosida.
Serangan Israel di Jalur Gaza sebagai pembalasan atas serangan mematikan oleh kelompok bersenjata Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober telah menewaskan lebih dari 9.000 orang, sebagian besar terdiri dari wanita dan anak-anak.
Israel mengatakan bahwa pihaknya mengarahkan serangannya ke Hamas, bukan warga sipil, dan menuduh kelompok tersebut menggunakan mereka sebagai tameng.
"Kami tetap yakin bahwa rakyat Palestina berada dalam risiko genosida. Kami menuntut gencatan senjata kemanusiaan untuk memastikan bahwa bantuan sampai kepada mereka yang paling membutuhkan," kata kelompok ahli yang terdiri dari tujuh pelapor khusus PBB, seperti dikutip Reuters, Jumat (3/11/2023).
Misi Israel untuk PBB di Jenewa menyebut komentar tersebut menyedihkan dan sangat memprihatinkan dan menyalahkan Hamas atas kematian warga sipil.
"Perang saat ini ditimpakan kepada Israel oleh teroris Hamas yang melakukan pembantaian pada tanggal 7 Oktober, membantai 1.400 orang dan menculik 243 anak-anak, laki-laki dan perempuan," katanya.
Baca Juga
Mahkamah Pidana Internasional mendefinisikan kejahatan genosida sebagai niat khusus untuk menghancurkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, etnis, ras, atau agama dengan membunuh anggotanya atau dengan cara lain, termasuk memberlakukan langkah-langkah untuk mencegah kelahiran atau secara paksa memindahkan anak-anak dari satu kelompok ke kelompok lain.
Sebelumnya, Direktur Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Craig Mokhiber memutuskan untuk mundur dari jabatannya karena merasa gagal memanfaatkan kekuasaannya untuk menghentikan genosida di Gaza.
Dalam sebuah surat kepada komisaris tinggi PBB di Jenewa, Volker Turk, tertanggal 28 Oktober, Mokhiber menyebut peristiwa yang terjadi di Gaza menjadi bukti bahwa PBB kembali gagal dalam mencegah genosida.
"Sekali lagi kita melihat genosida terjadi di depan mata kita dan organisasi yang kita layani tampaknya tidak berdaya untuk menghentikannya," ujarnya dalam surat tersebut, dikutip dari The Guardian. Berbicara kepada Reuters setelah pernyataan para ahli dikeluarkan, salah satu penandatangan pernyataan tersebut mengatakan bahwa warga Gaza telah kehilangan elemen paling dasar untuk hidup.
"Kami menggunakan istilah risiko genosida karena proses yang (sedang berlangsung) benar-benar tidak pandang bulu, yang mempengaruhi, dalam hal ini, lebih dari 2 juta orang," kata Pedro Arrojo Agudo, Pelapor Khusus PBB untuk hak asasi manusia atas air minum dan sanitasi yang aman.
Pasokan bantuan ke Gaza telah tersendat sejak Israel mulai membombardir daerah kantong yang padat penduduk. Organisasi-organisasi bantuan mengatakan bahwa jumlah bantuan yang masuk sama sekali tidak mencukupi kebutuhan masyarakat di sana.
"Situasi di Gaza telah mencapai titik kritis," kata para ahli PBB, seraya menambahkan bahwa warga Gaza telah kekurangan air, obat-obatan, bahan bakar, dan pasokan penting serta menghadapi bahaya kesehatan.