Politik Makan Siang Jokowi
Pakar komunikasi Stikosa AWS, Dr. Jokhanan Kristiyono menyebut makan siang Presiden RI Joko Widodo bersama Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, menjadi catatan yang sangat positif.
"Ini tradisi yang baik. Dan untuk urusan ini, Presiden Jokowi benar-benar patut dipuji," kata Jokhanan di Kampus Stikosa AWS, Surabaya.
Lebih terperinci Jokhanan mengatakan ada dua hal yang bisa digarisbawahi dalam pertemuan tersebut. Pertama dampak komunikasi politik yang mengarah pada citra positif dan citra negatif.
Dampak citra positif, kata Jokhanan yang juga tercatat sebagai Ketua Stikosa AWS ini, pertemuan yang ada bisa menjadi cermin semangat demokrasi, dialog, dan perdamaian.
"Hal ini dapat dianggap sebagai langkah positif menuju rekonsiliasi, kolaborasi, dan kerja sama antara berbagai pihak yang sebelumnya bersaing atau berseberangan. Citra positif dapat tercipta jika pertemuan tersebut dilakukan secara terbuka, transparan, dan dengan niat baik untuk mencapai tujuan bersama yang lebih besar," ujarnya dilansir dari Antara, Senin (30/10/2023).
Sementara citra negatif, pertemuan semacam ini juga dapat dianggap sebagai tindakan politik pragmatis atau strategis.
Baca Juga
"Beberapa pihak mungkin melihatnya sebagai upaya pencitraan atau untuk kepentingan politik pribadi, terutama jika pertemuan tersebut tidak diikuti dengan tindakan konkret yang mendukung kesejahteraan masyarakat atau penyelesaian masalah yang lebih besar," ujar Jokhanan.
Pengamat politik Ahmad Khoirul Umam menyatakan makan siang Presiden dengan tiga capres, menunjukkan sikap Jokowi yang netral pada Pemilu 2024.
"Dengan mengumpulkan para capres, Jokowi hendak mengesankan dirinya seolah bisa netral dan berdiri tegak di atas tiga capres yang berlaga," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.
Sementara itu, Dosen Universitas Paramadina Jakarta itu berpendapat, undangan makan siang itu tentu menjadi langkah positif untuk mengokohkan pondasi politik dan rekonsiliasi.
"Agar tidak ada pembelahan dan benturan mendasar dalam proses kontestasi ke depan," ujarnya.
Pada saat yang sama, undangan makan siang itu juga bisa menjadi strategi diplomasi politik Jokowi, untuk menepis tudingan dan serangan politik publik yang menyasar dirinya. Selama ini, kata dia, Jokowi dikesankan tidak akan netral dalam kontestasi politik 2024.