Bisnis.com, SOLO - Pimpinan Hamas dikabarkan merencanakan operasi serangan kepada Israel beberapa tahap.
Dilansir dari Globe, tahap pertama dari serangan tersebut adalah manuver tak terduga terhadap permukiman di perbatasan Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu.
Tahapan ini didasarkan pada pengumpulan intelijen selama dua tahun di mana sebagian besar dilakukan oleh pekerja dari Gaza yang pulang dengan membawa laporan rinci untuk melawan Israel.
Pada tahap ini, Hamas dengan tepat mengantisipasi ketidaksiapan IDF di perbatasan Gaza dan kelemahan pemerintah yang sibuk dengan reformasi peradilan.
Sementara tahap kedua dalam perencanaan tersebut adalah merekonstruksi efek Perang Yom Kippur melalui serangan gabungan terhadap Israel dari seluruh lini Palestina.
Akan tetapi menurut laporan, tahap ini gagal total alias tidak berjalan lancar seperti serangan tahap pertama awal bulan lalu.
Baca Juga
Alasan dari kegagalan ini menurut laporan tersebut adalah karena 2arga Arab Israel dan warga Palestina di Tepi Barat tidak ikut serta dalam pertempuran tersebut dan bantuan yang dijanjikan dari proksi Iran, Hizbullah, belum terwujud.
Lebih jauh lagi, bertentangan dengan harapan Hamas, demonstrasi solidaritas terhadap Gaza yang terjadi di seluruh dunia Arab dibatasi dan ditindas oleh rezim Arab, karena takut akan terjadinya Arab Spring yang baru seperti tahun 2011.
Serangan yang direncanakan dari Tepi Barat juga digagalkan oleh aktivitas IDF, yang kemungkinan mendapat bantuan dari Otoritas Palestina (PA), sebagai bagian dari kerja sama keamanan mereka.
Para pejabat Fatah di PA tidak melupakan sejenak kudeta brutal yang dilakukan Hamas di Gaza terhadap mereka pada tahun 2007, yang melemparkan para pemimpin Fatah dari atap gedung dan membunuh tokoh-tokoh senior di depan keluarga mereka.
Alasan utama kedua kegagalan fase kedua adalah “Banjir Al-Aqsa” yang membuat kurangnya respon dari poros perlawanan Iran.