Bisnis.com, JAKARTA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan lebih dari sejuta orang telah mengungsi di Jalur Gaza dalam sepekan terakhir pasca-pemboman berkelanjutan oleh Israel dan peringatan serangan darat terhadap komandan Hamas.
Melansir CNA, Senin (16/10/2023), Israel menyatakan perang terhadap kelompok militan tersebut pada pekan lalu, sehari setelah gelombang pejuang menerobos perbatasan yang dijaga ketat dan menembak, menikam, dan membakar hingga tewas lebih dari 1.400 orang. Sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Pengeboman tanpa henti selama tujuh hari yang menargetkan orang-orang yang mendalangi serangan itu telah meratakan lingkungan sekitar dan menyebabkan sedikitnya 2.450 orang tewas di Jalur Gaza, yang sebagian besar merupakan warga biasa Palestina, kata kementerian kesehatan di Jalur Gaza.
Ketika Israel berupaya membalas serangan terburuk dalam sejarahnya, Liga Arab dan Uni Afrika memperingatkan invasi tersebut dapat mengarah pada “genosida”.
“Tidak ada yang bisa menjamin pengendalian situasi dan tidak meluasnya konflik” jika Israel mengirim tentaranya ke Gaza, kata Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian.
Mereka yang berkepentingan untuk mencegah meluasnya cakupan perang dan krisis perlu mencegah serangan biadab saat ini…terhadap warga dan warga sipil di Gaza, tambahnya.
Baca Juga
Iran adalah musuh nomor satu Israel dan selain mendanai Hamas, negara ini juga mendukung Hizbullah di Lebanon utara, di mana serangan lintas batas meningkat dalam sepekan terakhir terakhir.
Setidaknya 10 orang kini telah tewas di Lebanon dan dua orang di Israel, sehingga mendorong Israel menutup wilayah perbatasan bagi warga sipil.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan Israel tidak tertarik pada perang di Utara, dan tidak ingin memperburuk situasi.
Namun dia menambahkan: "Jika Hizbullah memilih jalur perang, maka mereka akan menanggung akibat yang besar... tapi jika mereka menahan diri, kami akan menghormati situasi yang ada."
AS Kirim Kapal Induk
Amerika Serikat (AS), yang memberikan dukungan tegas kepada Israel, khawatir akan meluasnya kekerasan, dan telah mengirim dua kapal induk ke Mediterania Timur sebagai tindakan pencegahan.
Di Washington, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan mereka khawatir akan kemungkinan Iran "terlibat langsung", setelah Iran memuji serangan Hamas, namun bersikeras bahwa Iran tidak terlibat.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dalam beberapa hari terakhir mengunjungi Ibu Kota Timur Tengah dalam putaran diplomasi untuk mencoba menghindari krisis yang lebih luas di wilayah yang bergejolak tersebut.
Pada hari Minggu (15/10/2023), dia menekankan “tekad di setiap negara yang saya kunjungi untuk memastikan bahwa hal ini tidak menyebar”, ujarnya saat meninggalkan Mesir untuk kembali ke Israel.
Blinken telah meminta China untuk menggunakan pengaruhnya di kawasan untuk meredakan ketegangan.
Namun pada hari Minggu (15/10/2023), Menteri Luar Negeri Wang Yi mengatakan reaksi Israel “melampaui ruang lingkup pertahanan diri”.
Dia meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pemerintahan daruratnya untuk "menghentikan hukuman kolektif terhadap rakyat Gaza".