Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nagorno-Karabakh Tak Stabil, Rusia dan AS Saling Tuduh

Rusia dan AS saling menuduh dalam melakukan destabilisasi di wilayah Kaukasus Selatan, ketika ribuan etnis Armenia meninggalkan Nagorno-Karabakh.
Petugas penegak hukum berlindung di balik perisai mereka ketika pengunjuk rasa melemparkan benda-benda ke arah gedung pemerintah selama unjuk rasa untuk mendukung etnis Armenia di Nagorno-Karabakh setelah operasi ofensif angkatan bersenjata Azerbaijan yang dilakukan di wilayah tersebut, di Yerevan, Armenia, 20 September 2023. REUTERS /Irakli Gedenidze
Petugas penegak hukum berlindung di balik perisai mereka ketika pengunjuk rasa melemparkan benda-benda ke arah gedung pemerintah selama unjuk rasa untuk mendukung etnis Armenia di Nagorno-Karabakh setelah operasi ofensif angkatan bersenjata Azerbaijan yang dilakukan di wilayah tersebut, di Yerevan, Armenia, 20 September 2023. REUTERS /Irakli Gedenidze

Bisnis.com, JAKARTA - Rusia dan Amerika Serikat (AS) saling menuduh satu sama lain dalam melakukan destabilisasi di wilayah Kaukasus Selatan, ketika ribuan etnis Armenia meninggalkan rumah mereka di Nagorno-Karabakh karena ketakutan akan pembersihan etnis.

Meskipun Armenia mengandalkan kemitraan keamanan dengan Rusia sejak pecahnya Uni Soviet beberapa dekade lalu, hubungan kedua negara memburuk setelah Presiden Vladimir Putin melancarkan invasi ke Ukraina pada tahun 2022.

“Kami mendesak Washington untuk menahan diri dari kata-kata dan tindakan sangat berbahaya yang mengarah pada peningkatan sentimen anti-Rusia di Armenia,” kata Anatoly Antonov selaku Duta Besar Rusia untuk AS melalui Telegram, dikutip dari Reuters pada Selasa (26/9/2023).

Komentar tersebut merupakan tanggapan atas pernyataan juru bicara Departemen Luar Negeri (Deplu) AS pada hari sebelumnya, setelah Armenia menyalahkan Rusia karena gagal melakukan intervensi dalam perebutan Nagorno-Karabakh oleh pasukan Azerbaijan minggu lalu.

“Saya pikir Rusia telah menunjukkan bahwa mereka bukanlah mitra keamanan yang dapat diandalkan,” kata Matthew Miller, juru bicara Deplu AS.

Ribuan etnis Armenia telah meninggalkan wilayah Nagorno-Karabakh pada Senin (25/9/2023), setelah pejuang mereka dikalahkan dalam operasi militer Azerbaijan.

Azerbaijan telah berjanji untuk melindungi hak-hak sekitar 120.000 warga Armenia yang tinggal di Karabakh, tetapi hanya sedikit yang menerima jaminan tersebut. Di sisi lain, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan menyalahkan Rusia karena gagal menjamin keamanan Armenia.

Lebih dari 200 orang terluka dalam ledakan di gudang penyimpanan gas di dekat Ibu Kota Karabakh yang dikenal sebagai Stepanakert oleh Armenia dan Khankendi oleh Azerbaijan, kata media setempat pada Senin.

Reuters dapat menemukan lokasi lanskap, bangunan, dan struktur yang terlihat pada citra satelit kebakaran di wilayah Berkadzor, sekitar 6 km di luar Stepanakert, tetapi tidak dapat memverifikasi waktu kejadian.

AS dan beberapa sekutu Barat mengutuk permusuhan Azeri karena dianggap mengubah kontur Kaukasus Selatan, di mana kumpulan beragam etnis saling bersilangan dalam jaringan pipa minyak dan gas tempat Rusia, Amerika Serikat, Turki, dan Iran bersaing untuk mendapatkan pengaruh.

Rusia mengatakan Armenia sendiri yang harus disalahkan atas kemenangan Azerbaijan atas Karabakh, karena mereka lebih suka menggoda Barat daripada bekerja sama dengan Rusia dan Azerbaijan untuk perdamaian.

Pada Senin (25/9/2023), para pejabat senior AS tiba di Armenia untuk melakukan kunjungan pertama sejak orang-orang Armenia di Karabakh dipaksa melakukan gencatan senjata minggu lalu.

Dari tahun 1988 hingga 1994, sekitar 30.000 orang terbunuh. Lebih dari satu juta orang, sebagian besar etnis Azeri, mengungsi ketika orang-orang Armenia melepaskan kendali Azerbaijan dalam Perang Karabakh Pertama.

Azerbaijan mendapatkan kembali wilayah Nagorno-Karabakh dalam perang kedua pada 2020, lantas berakhir dengan kesepakatan damai yang ditengahi oleh Rusia melalui pengerahan pasukan penjaga perdamaiannya.

Sementara itu, Turki yang mendukung Azerbaijan dengan persenjataan dalam konflik pada 2020, mengatakan bahwa mereka mendukung tujuan operasi militer terbaru Azerbaijan, tetapi tidak berperan di dalamnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper