Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Perdana Menteri Armenia Tigran Khachatryan mengatakan bahwa setidaknya 19.000 dari 120.000 etnis Armenia yang tinggal di Nagorno-Karabakh telah menyeberang ke Armenia hingga Rabu (27/9/2023).
Dia menyatakan ratusan mobil dan bus yang penuh dengan barang-barang mengular di jalan keluar pegunungan Azerbaijan. Khachatryan mengatakan ada yang melarikan diri dengan membawa truk beratap terbuka, dan ada pula yang menggunakan traktor.
Selain itu, nenek empat anak Narine Shakaryan tiba dengan mobil tua menantunya yang berisi 6 orang di dalamnya.
"Perjalanan sejauh 77 km (48 mil) memakan waktu 24 jam. Mereka belum makan apapun," katanya, seperti dilansir Aljazeera, Rabu (27/9/2023).
Pada saat warga Armenia bergegas meninggalkan Ibu Kota Karabakh, yang dikenal sebagai Stepanakert oleh Armenia dan Khankendi oleh Azerbaijan, stasiun-stasiun bahan bakar dibanjiri oleh pembelian yang panik.
Sementara itu, pihak berwenang di sana mengatakan sedikitnya 20 orang tewas dan 290 orang terluka dalam kebakaran besar ketika fasilitas penyimpanan bahan bakar meledak pada Senin (25/9/2023).
Baca Juga
Ribuan pengungsi dari Nagorno-Karabakh mengalir ke Armenia beberapa hari setelah pertempuran, pengungsi pertama tiba di Armenia pada Minggu, dan 6.650 orang masuk pada Senin (25/9/2023).
Para pengungsi berkerumun di pusat layanan kemanusiaan yang didirikan di kota Goris untuk mendaftar transportasi dan perumahan.
Seperti diketahui, Armenia dan Azerbaijan telah berperang dua kali dalam tiga dekade terakhir terkait Nagorno-Karabakh, daerah mayoritas etnis Armenia di perbatasan Azerbaijan yang diakui secara internasional.
Azerbaijan melancarkan operasi untuk menguasai wilayah tersebut, memaksa kelompok separatis Armenia untuk meletakkan senjata, pada 19 September 2023.