Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat politik mengungkapkan penyebab elektabilitas pasangan bakal capres-cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) cenderung stagnan berdasarkan hasil survei terkini.
“Persoalan saat ini tokoh-tokoh berlatar belakang NU belum terlihat terlalu menonjol dalam hal elektabilitas, termasuk Muhaimin Iskandar,” kata peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro kepada Bisnis, Jumat (15/9/2023).
Padahal, menurutnya, salah satu alasan kuat koalisi Partai NasDem dalam menjodohkan Anies dengan Cak Imin adalah untuk menggaet potensi elektoral di Jawa Tengah dan Jawa Timur, daerah kelemahan elektoral Anies yang notabene adalah basis massa NU.
Lebih lagi, Cak Imin juga merupakan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang selama ini dicitrakan sebagai partai para Nahdliyin.
“Bahkan dalam konteks Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa jauh lebih tinggi secara elektabilitas ketimbang Muhaimin Iskandar,” lanjut Bawono.
Karena hal tersebut, menariknya, dia turut meragukan apakah warga NU atau pemilih PKB akan otomatis memilih pasangan Anies-Cak Imin dalam Pilpres 2024 mendatang.
Baca Juga
“Kalau melihat temuan hasil survei terbaru SMRC tersebut, kemungkinan tidak demikian,” jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan elektabilitas pasangan Ganjar Pranowo-Ridwan Kamil mengungguli pasangan Prabowo Subianto-Erick Thohir, dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
Anies-Cak Imin hanya mendapatkan dukungan 16,5 persen, jauh di bawah Prabowo-Erick yang meraih 31,7 persen, dan Ganjar-Ridwan Kamil sebesar 35,4 persen. Sementara itu, 16,4 persen sisanya belum menjawab.
Survei SMRC ini diselenggarakan pada 5-8 September 2023 dengan jumlah 1212 responden yang tersebar di seluruh Indonesia. Wawancara responden melalui panggilan telepon dan dipilih menggunakan teknik pembangkitan nomor secara acak, dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen.