Bisnis.com, JAKARTA - Para pegiat konservasi serta industri perikanan dan pariwisata harus mengambil langkah-langkah pencegahan untuk melindungi satwa liar dan mata pencaharian ketika fenomena El Nino memperkuat gelombang panas laut yang semakin intens dan sering terjadi akibat perubahan iklim, kata para ilmuwan pada Rabu (6/9/2023).
Dilansir Channel News Asia, pola cuaca yang terjadi secara alami berasal dari Samudera Pasifik dan mendorong peningkatan panas di seluruh dunia menyebabkan kekeringan di beberapa wilayah dan hujan lebat di wilayah lain.
Pasifik Tengah dan Timur, sebagian Amerika Serikat (AS) bagian Barat, Ekuador, Peru, dan Samudera Hindia kemungkinan besar terkena dampak paling parah akibat gelombang panas yang lebih lama dan intensif.
Data sejarah menunjukkan kawasan ini rentan terhadap kematian massal habitat laut termasuk terumbu karang dan hutan rumput laut, tulis sembilan ahli dalam komentarnya di jurnal Nature.
Mempersiapkan diri menghadapi gelombang panas dalam beberapa bulan ke depan akan mencegah atau meringankan dampaknya, memberikan waktu yang berharga bagi spesies, ekosistem, dan industri yang terhubung untuk beradaptasi, kata mereka.
Peristiwa ekstrem ini “menunjukkan kepada kita seperti apa masa depan jangka panjang akibat perubahan iklim, ketika suhu laut yang hangat akan dialami setiap hari”, kata salah satu penulis laporan, Alistair Hobday.
Baca Juga
Kombinasi pemanasan iklim dan kejadian ekstrem akan mempersulit kehidupan spesies yang sudah hidup mendekati toleransi maksimumnya seperti karang, katanya kepada AFP.
Pihak berwenang harus menyiapkan sistem peringatan sehingga masyarakat lokal dapat bertindak, misalnya dengan merelokasi spesies ikan ke perairan yang lebih dingin, mengurangi kuota panen, atau menutup wilayah penangkapan ikan.
Hal ini dapat berkisar dari prakiraan cuaca laut yang dapat diandalkan seminggu sebelumnya hingga proyeksi iklim jangka panjang yang memperhitungkan emisi gas rumah kaca buatan manusia.
Peningkatan perkiraan yang menggunakan model yang menggabungkan model lautan dan atmosfer, serta menilai keakuratan prediksinya, merupakan hal yang “penting” bagi konservasi keanekaragaman hayati lokal, kata para ahli.
Masyarakat adat dan lokal harus memimpin upaya pemantauan dan perencanaan yang intensif karena mereka sudah siap untuk memperhatikan perubahan awal pada lingkungan, mereka menambahkan.