Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Protes Putin, Kelompok Tentara Bayaran Rusia Rusich Group Setop Bertempur di Ukraina

Kelompok tentara bayaran Rusia Rusich menghentikan pertempuran sebagai protes atas kurangnya tindakan pemerintahan Presiden Vladimir Putin.
Seorang prajurit Ukraina dari Brigade Serangan Udara ke-80 membawa peluru untuk dimuat ke dalam senjata artileri Howitzer M119 untuk ditembakkan ke arah pasukan Rusia, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, dekat Bahmut, wilayah Donetsk, Ukraina, 16 Februari 2023. REUTERS/Marko Djurica
Seorang prajurit Ukraina dari Brigade Serangan Udara ke-80 membawa peluru untuk dimuat ke dalam senjata artileri Howitzer M119 untuk ditembakkan ke arah pasukan Rusia, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, dekat Bahmut, wilayah Donetsk, Ukraina, 16 Februari 2023. REUTERS/Marko Djurica

Bisnis.com, JAKARTA - Kelompok tentara bayaran Rusia Neo-Nazi, Rusich menghentikan pertempuran sebagai protes atas kurangnya tindakan pemerintahan Presiden Vladimir Putin untuk menyelamatkan pemimpin mereka. Hal ini diduga telah membantu Ukraina mencapai terobosan penting di garis depan.

Dilansir dari Business Insider, Ukraina pada Minggu (3/9/2023), membebaskan Desa Robotyne yang berada di jaringan jalan menuju Melitopol, kota di bagian Selatan Ukraina yang diduduki tentara bayaran.

Dalam pesan di aplikasi Telegram seminggu sebelum Ukraina mengambil kembali kendali atas desa tersebut, kelompok tentara bayaran Rusich mengatakan mereka meletakkan senjata sebagai protes atas penolakan Kremlin untuk berbuat lebih banyak untuk menghentikan penangkapan dan kemungkinan ekstradisi salah satu pemimpin mereka dari Finlandia ke Ukraina, kata beberapa laporan.

“Rusich berhenti melakukan misi tempur apa pun. Jika suatu negara tidak bisa melindungi warga negaranya, lalu mengapa warga negara harus membela negaranya?” katanya di saluran Telegram dalam pesan yang dilaporkan oleh The Telegraph.

Samuel Ramani, pakar keamanan Rusia di Universitas Oxford, di media sosial X mengatakan bahwa penahanan pemimpin tersebut, Yan Petrovsky, juga mendapat protes luas dari saluran-saluran yang terhubung dengan Wagner, kelompok tentara bayaran yang berafiliasi dengan Rusich di balik pemberontakan yang berlangsung singkat pada bulan Juni melawan pemerintah Rusia.

Jeff Hawn, peneliti nonresiden di lembaga pemikir New Lines Institute yang berbasis di Washington DC, mengatakan kepada France 24, ada kemungkinan keputusan kelompok tentara bayaranmeletakkan senjata berkontribusi pada jatuhnya Robotyne.

Para analis mengatakan kemungkinan besar para pejuang kelompok Rusich telah ditempatkan di Robotyne, sehingga memperkuat kredibilitas klaim bahwa protes tersebut mungkin telah mengganggu stabilitas pertahanan Rusia.

“Rusich Group menuduh pemerintah Rusia tidak memenuhi kewajibannya untuk melindungi warga Rusia di luar negeri dengan tidak menjamin pembebasan Petrovsky lebih awal dan bertanya mengapa personel Rusich harus melindungi Rusia jika pemerintah Rusia tidak mau melindungi warga Rusia,” kata Institut Studi Perang, lembaga pemikir yang berbasis di Washington, DC, dalam laporan hariannya mengenai konflik tersebut pada tanggal 28 Agustus.

Rusich Group mengindikasikan bahwa mereka kemungkinan beroperasi di garis Robotyne-Verbove di barat Oblast Zaporizhia, sebuah area kritis di garis depan di mana komando militer Rusia kemungkinan besar tidak mampu membiarkan unit mana pun memberontak dan menolak melakukan misi tempur.

Pembebasan Robotyne yang berjarak sekitar 35 mil dari Kota Zaporizhzhia merupakan salah satu terobosan paling menonjol dalam serangan balasan Ukraina sejauh ini.

Setelah berhasil melewati garis pertahanan pertama Rusia, pasukan Ukraina berusaha memperkuat posisi mereka untuk mencoba menerobos dan menembus garis pertahanan kedua dan ketiga Rusia.

Para analis mengatakan bahwa pasukan Rusia menderita karena moral yang rendah dan perpecahan internal, kelompok Wagner melancarkan pemberontakannya pada bulan Juni sebagai protes atas apa yang mereka klaim sebagai kesalahan Kremlin dalam menangani invasi tersebut.

Rusich dibentuk pada tahun 2014 dan telah berperang di Suriah dalam konflik di Afrika, dan di Ukraina. Kelompok ini terlibat dalam penyiksaan dan pelecehan terhadap tahanan Ukraina, kata kelompok intelijen open source Molfar dan salah satu pemimpinnya, Alexsey Milkachov, memfilmkan dirinya membunuh seekor anak anjing dan menggigit kepalanya pada tahun 2014. (Nizar Fachri Rabbani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Redaksi
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper