Bisnis.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) António Guterres mengatakan telah mengirimkan proposal kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk menghidupkan kembali kesepakatan ekspor gandum Ukraina melalui Laut Hitam, Kamis (31/8/2023).
Rusia keluar dari perjanjian tersebut pada Juli lalu, tepat setahun setelah perjanjian tersebut diperantarai oleh PBB dan Turki, dengan keluhan bahwa ekspor makanan dan pupuk mereka terhambat serta pasokan gandum Ukraina tidak cukup untuk dikirim ke negara-negara yang membutuhkan.
“Saya yakin kami mengajukan proposal yang bisa menjadi dasar pembaruan, namun pembaruan itu harus stabil,” kata Guterres sebagaimana dikutip dari Channelnewsasia, Jumat (1/9/2023).
Tawaran Guterres muncul menjelang pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Tayyip Erdogan. Kepada Reuters, otoritas turki mengatakan bahwa keduanya akan bertemu pada Senin dan membahas ekspor gandum Laut Hitam.
Kesepakatan gandum Laut Hitam dimaksudkan untuk memerangi krisis pangan global yang menurut PBB diperburuk oleh invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. Baik Rusia maupun Ukraina, keduanya merupakan eksportir gandum terkemuka.
“Kita tidak bisa memiliki upaya yang berpindah dari krisis ke krisis atau dari penangguhan ke penangguhan. Kita perlu memiliki sesuatu yang berhasil dan bermanfaat bagi semua orang,” lanjut Guterres.
Baca Juga
Sementara itu, seorang diplomat Rusia yang menolak disebutkan namanya, mengatakan bahwa “tidak ada pengungkapan” surat Guterres kepada Lavrov dan surat itu hanya “ringkasan dari gagasan PBB sebelumnya, yang tidak berhasil”.
Setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan di Moskow pada Kamis, Lavrov sendiri mengatakan bahwa Rusia belum melihat bahwa mereka akan menerima jaminan untuk melanjutkan kesepakatan gandum di Laut Hitam.
Jika tuntutan untuk meningkatkan ekspor gandum dan pupuk dipenuhi, maka Rusia akan mempertimbangkan untuk menghidupkan kembali kesepakatan tersebut. Salah satu tuntutan utama Moskow adalah agar Bank Pertanian Rusia terhubung kembali ke sistem pembayaran internasional SWIFT, yang dihentikan Uni Eropa pada Juni 2022.
Meskipun ekspor makanan dan pupuk Rusia tidak terkena sanksi Barat akibat invasi ke Ukraina, Moskow mengatakan bahwa pembatasan pembayaran, logistik, dan asuransi itu telah menghambat pengiriman.
“Kami mempunyai beberapa solusi konkrit, memungkinkan akses yang lebih efektif terhadap pangan dan pupuk Rusia ke pasar global dengan harga yang memadai,” kata Guterres.