Bisnis.com, JAKARTA - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) melakukan pertemuan dan pembicaraan di New York pada Kamis (17/8/2023).
Berdasarkan keterangan resmi dari Kementerian Luar Negeri Rusia, pertemuan terbuka itu diadakan menyusul permintaan Rusia untuk membahas pasokan senjata yang dikirim Barat ke Ukraina.
Menurut Deputi Perwakilan Rusia untuk PBB Dmitry Polyansky, hal itu terjadi setelah meningkatnya pasokan senjata Barat ke rezim Kyiv yang memperburuk krisis dan merusak upaya untuk menemukan solusi damai.
"Semakin banyak mitra internasional kami menyadari penyebab sebenarnya dari krisis Ukraina dan melihat bahwa pasokan senjata Barat ke Kyiv menghalangi pencarian jalan keluar dan memperbanyak penderitaan rakyat biasa Ukraina," ujarnya, di Twitter misi Rusia untuk PBB.
Dia mengatakan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah membuat negaranya menemui jalan buntu, tidak punya pilihan lain selain terus melompat dari satu negara ke negara lain untuk meminta bantuan.
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden meminta Kongres untuk menyetujui tambahan US$20,6 miliar atau Rp315 triliun untuk Ukraina, termasuk US$13 miliar atau Rp199 triliun untuk bantuan militer baru, pada Kamis (17/8/2023).
Baca Juga
Polyansky mengatakan bahwa senjata cluster yang Barat pasok ke Ukraina dinyatakan tidak akan digunakan, tetapi menurutnya itu sebuah kebohongan yang terang-terangan.
"Kyiv melakukan serangan harian dengan munisi tandan terhadap distrik Donetsk, di mana tidak ada sasaran militer," ucapnya.
Lebih lanjut, dia menyatakan Barat sengaja mengubah Ukraina menjadi situs pengujian militer yang sulit untuk dihuni, yang akan terkontaminasi dengan unsur radioaktif.
"Tidak ada keraguan bahwa akan terus terjadi perang proksi Rusia dengan Ukraina hingga akhir," ujarnya.