Bisnis.com, SOLO - Rusia telah mengatakan jika mereka akan menyerang Ukraina menggunakan nuklir dalam waktu dekat.
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan jika Rusia akan menggunakan senjata nuklir jika serangan balasan yang dilakukan Ukraina ke wilayah mereka berhasil.
Tak seperti Vladimir Putin yang lebih sering memilih diam, Dmitry Medvedev sangat sering mengatakan penggunaan nuklir dalam perangnya melawan Ukraina.
Untuk diketahui, Medvedev merupakan wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, sebuah badan yang diketuai oleh Presiden Vladimir Putin.
Dengan status dan posisinya itu, komentar Medvedev tentang penggunaan nuklir bisa jadi ancaman besar buat Ukraina dan seluruh dunia.
“Bayangkan jika serangan ofensif, yang didukung oleh NATO, berhasil dan mereka merobek sebagian tanah kami, maka kami akan dipaksa untuk menggunakan senjata nuklir sesuai aturan keputusan dari presiden Rusia," katanya dilansir dari Reuters.
Baca Juga
Medvedev mengatakan bahwa tidak ada cara lain yang bisa dilakukan untuk membuat musuh mundur dan berpikir dua kali untuk melakukan serangan balasan, selain nuklir.
“Tidak akan ada pilihan lain. Jadi musuh kita harus berdoa untuk keberhasilan prajurit kita. Sebab jika tidak, mereka akan melihat bahwa api nuklir global tidak tersulut,” ia menambahkan.
Serangan balasan Ukraina
Seperti diketahui, tentara Ukraina secara masif melalukan serangkaian serangan balasan kepada Rusia.
"Misi kami direncanakan memakan waktu dua hari. Tapi kami tidak bisa masuk dalam kegelapan pada waktu yang tepat, karena beberapa alasan. Jadi kami masuk belakangan dan kehilangan momen yang tepat," seorang tentara berusia 29 tahun yang tidak menyebutkan namanya, kepada Reuters.
Serangan balasan juga terjadi di Krimea. Penduduk Krimea yang pro-Ukraina secara sistematis melakukan penyerangan terhadap pangkalan militer Rusia dengan bom molotov.
Aksi yang dilakukan warga sipil itu memaksa Rusia untuk memperketat pengawasannya atas semenanjung itu, intelijen militer Ukraina melaporkan pada 1 Agustus.
Menurut Direktorat Utama Intelijen (HUR), konfrontasi antara penduduk pro-Ukraina dan otoritas pendudukan semakin sering terjadi.
"Rusia sedang menunggu kita. Mereka menembakkan senjata anti-tank dan peluncur granat ke arah kami. Kendaraan saya melewati ranjau anti-tank, tetapi semuanya baik-baik saja, kendaraan itu tertabrak, dan semua orang selamat," tambah sumber yang tak ingin disebutkan namanya tersebut.
Invasi Rusia telah mencapai fase slow-burn setelah hampir 18 bulan pertempuran sengit, terutama berfokus pada serangan balasan Kyiv dan upaya Moskow untuk mempertahankan keuntungan mereka.
Ukraina memprakarsai serangan balasan besar-besaran untuk merebut kembali wilayah di timur yang diambil Rusia sejak awal dan ditahan sejak awal invasi. Tapi manuver ini membuat Kremlin marah.