Bisnis.com, JAKARTA - Amerika terus dilanda gelombang panas menyengat yang telah berlangsung selama beberapa pekan di sebagian besar wilayah. Sementara itu sejumlah tempat dilanda badai petir dahsyat.
Layanan Cuaca Nasional (National Weather Service/NWS) AS telah mengeluarkan peringatan panas yang berlaku pada Senin (24/7) untuk 40 juta warga AS di belasan negara bagian, mulai dari Montana, Texas hingga Florida.
Menurut prakiraan cuaca terbaru, suhu menyengat akan tetap terasa di AS Barat Daya (Southwest) dan meningkat di Barat Tengah (Midwest) pada pekan ini.
Kubah panas (heat dome) yang menyelimuti wilayah Barat Daya diperkirakan akan meluas ke Barat Tengah pada Senin.
Suhu diperkirakan akan mencapai atau melebihi 110 derajat Fahrenheit (sekitar 43 derajat Celsius) di beberapa negara bagian, termasuk California dan Arizona.
Ibu kota Arizona, Phoenix, mencatat rekor 24 hari beruntun dengan suhu mencapai atau melebihi 110 derajat Fahrenheit.
Baca Juga
Sementara itu, badai petir dahsyat diperkirakan akan terjadi di sebagian wilayah Connecticut, Massachusetts, New York, Pennsylvania, dan Vermont.
Badai petir akan terus meningkat dalam hal cakupan dan intensitasnya hingga Senin seiring pemanasan di siang hari yang mengganggu kestabilan atmosfer. Badai paling kuat akan menimbulkan risiko terpaan angin yang merusak di wilayah setempat, demikian menurut Pusat Prediksi Badai NWS.
Dunia baru saja melewati Juni terpanas dalam catatan iklim global selama 174 tahun.
Suhu permukaan global rata-rata pada Juni mencapai 1,89 derajat Fahrenheit (1,05 derajat Celsius) di atas rata-rata, menjadikan Juni 2023 sebagai Juni terpanas yang pernah tercatat di Bumi, menurut Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA) AS.
Juni 2023 lebih hangat 0,23 derajat Fahrenheit (0,13 derajat Celsius) dibandingkan rekor sebelumnya yang tercatat pada Juni 2020.
Juni 2023 juga menandai Juni ke-47 berturut-turut dan bulan ke-532 beruntun dengan suhu di atas suhu rata-rata abad ke-20, menurut NOAA.
Selain itu, anomali suhu permukaan laut Bumi, yang mengindikasikan seberapa besar suhu lebih hangat atau lebih dingin dari rata-rata jangka panjang, menjadi yang tertinggi yang pernah dicatat, menurut para ilmuwan dari Pusat Informasi Lingkungan Nasional NOAA.
Perubahan iklim dan peristiwa El Nino yang kuat menjadi penyebab di balik kondisi cuaca yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, kata para ilmuwan.