Bisnis.com, JAKARTA - Rusia menyerang bangunan perumahan di Mykolaiv pada Kamis (20/7/2023) dalam penyerangan pelabuhan Ukraina tiga malam berturut-turut.
Melansir Reuters, penyerangan itu menjadi n ancaman baru terhadap kapal-kapal tujuan Ukraina yang menurut Amerika Serikat (AS) berarti Moskow mungkin menyerang kapal-kapal di laut lepas.
Beberapa hari setelah Rusia membatalkan kesepakatan yang ditengahi PBB untuk mengizinkan Ukraina mengekspor biji-bijian, ini menjadi sinyal baru bahwa Moskow menggunakan kekerasan untuk memberlakukan kembali blokadenya terhadap salah satu pengekspor makanan terbesar dunia, dan ini membuat harga pangan global melonjak.
Moskow mengatakan tidak akan berpartisipasi dalam kesepakatan biji-bijian tanpa persyaratan yang lebih baik untuk penjualan makanan dan pupuk dari Rusia.
PBB mengatakan keputusan Rusia mengancam ketahanan pangan orang-orang termiskin di dunia.
Kyiv berharap untuk melanjutkan ekspor tanpa partisipasi Rusia, dan mengatakan pada hari Rabu (19/7/2023), pihaknya sedang menyiapkan rute alternatif melalui perairan negara tetangganya yang beranggotakan NATO, Rumania.
Baca Juga
Tetapi tidak ada kapal yang berlayar dari pelabuhan Ukraina sejak Moskow menarik diri dari kesepakatan pada hari Senin (18/7/2023), dan perusahaan asuransi ragu apakah mereka akan dapat menanggung kebijakan perdagangan di zona perang.
Sejak keluar dari kesepakatan, Moskow telah menghujani rudal setiap malam di dua kota pelabuhan terbesar Ukraina, Odesa dan Mykolaiv.
Serangan hari Kamis (20/7/2023), tampaknya menjadi yang terburuk, dengan otoritas lokal di Mykolaiv melaporkan sedikitnya 19 orang terluka.
Petugas pemadam kebakaran sedang berjuang melawan kobaran api besar di sebuah bangunan perumahan semen merah muda di Mykolaiv, yang meledak menjadi reruntuhan. Beberapa bangunan tempat tinggal lainnya di sana juga rusak.
Para pejabat juga mengatakan sedikitnya dua orang terluka dalam serangan di Odesa, dan gedung-gedung terbakar.
Dalam ancamannya yang paling eksplisit, militer Rusia mengumumkan akan menganggap semua kapal yang menuju perairan Ukraina mulai Kamis (20/7/2023) pagi berpotensi membawa senjata, dan bendera negara di kapal itu dianggap berada di pihak Ukraina.
AS menyebut ini sebagai sinyal bahwa Moskow mungkin menyerang pengiriman sipil, dan mengatakan Rusia juga melepaskan ranjau baru ke laut.
"Kami percaya bahwa ini adalah upaya terkoordinasi untuk membenarkan setiap serangan terhadap kapal sipil di Laut Hitam dan menyalahkan Ukraina atas serangan ini," kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Adam Hodge.