Bisnis.com, JAKARTA - Biaya perang Rusia terkuras habis-habisan. Rusia telah kehilangan kehilangan lebih dari 2.000 tank dari 3.000 kendaraan siap tempur sejak invansi ke Ukraina.
Menurut proyek OSINT Belanda Oryx, kerugian yang begitu besar memaksa Rusia mengambil keputusan sulit yaitu menerjunkan tank tempur tua.
Masalah utama dihadapi Moscow saat ini yakni tidak memiliki kapasitas untuk memperbarui tank yang lebih modern dengan waktu cepat.
Moskow semakin banyak mengeluarkan tank T-54, T-55, dan T-62 era Soviet dari penyimpanan ke garis depan. Bahkan ketika Ukraina menerima artileri yang semakin canggih dari sekutu Baratnya.
Tank-tank ini tidak memiliki perlengkapan yang memadai untuk memenuhi peran tempur yang dimaksudkan di medan perang modern.
Optik yang sudah ketinggalan zaman, sistem pengawasan dan sistem pengendalian tembakan, ditambah dengan perlindungan yang tidak memadai terhadap persenjataan anti-tank modern, secara signifikan menghambat keefektifannya.
Baca Juga
Akibatnya, Rusia sebagian besar menggunakannya sebagai pengganti artileri self-propelled — serta memuatnya dengan bahan peledak dan mengirimkannya sebagai kendaraan kamikaze.
Video yang muncul bulan lalu menunjukkan satu-satunya tank T-55 Rusia yang bermanuver menuju posisi Ukraina.
Tank itu memicu ranjau dan berhenti sebelum rudal anti-tank yang ditembakkan oleh seorang tentara Ukraina menelannya dalam semburan api. Sejak saat itu, para pengamat berspekulasi bahwa tank itu digunakan sebagai kendaraan kamikaze.
“Bisakah teroris menggunakan mobil berisi bahan peledak untuk menyerang orang? Kami tahu mereka bisa. Bisakah tentara yang secara organisasional merendahkan, berubah menjadi konglomerat formasi tidak teratur, menggunakan peralatan yang diisi dengan bahan peledak, seperti yang dilakukan ISIS? Nah, itu sudah dilakukan selama satu tahun sekarang,” kata pakar militer independen Pavel Luzin kepada The Moscow Times.