Bisnis.com, JAKARTA --Perdana Menteri Belanda Mark Rutte memilih mengundurkan diri dari jabatannya. Kabar ini terdengar kurang dari sebulan usai pernyataannya yang mengakui kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
Isu pengakuan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 sangat sensitif di Belanda. Pasalnya, selama ini Belanda hanya mengakui kedaulatan Indonesia pasca penandatanganan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949 silam.
Selain itu, pengakukan kemerdekaan Indonesia tersebut juga berarti mengakui aksi militer dan tindakan brutal Belanda selama 'revolusi kemerdekaan' tahun 1945-1949 adalah ilegal. Revolusi tersebut menewaskan ribuan orang Indonesia.
Di pihak Belanda perang selama 4 tahun di Indonesia itu juga memiliki catatan kelam, terutama bagi keluarga atau orang yang pernah mengalami 'zaman bersiap'.
Era ini banyak orang Belanda, kulit putih dan Indo yang menjadi sasaran kemarahan bangsa Indonesia. Ribuan orang yang diperkirakan menjadi korban.
Adapun, pengakuan dari pemerintah Belanda soal tanggal dan tahun kemerdekaan Indonesia ini sebenarnya sudah lama diberikan melalui berbagai isyarat-isyarat.
Baca Juga
Misalnya saja setiap tanggal 17 Agustus, pemerintah Belada akan secara rutin memberikan selamat kepada Indonesia.
Lebih lanjut, Perdana Menteri Belanda meminta maaf tidak hanya atas kekejaman yang dilakukan saat itu, tetapi juga atas kegagalan pemerintah Belanda di masa lalu untuk mengakui kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945.
"Atas kekerasan ekstrem yang sistematis dan meluas dari pihak Belanda pada tahun-tahun itu dan sikap pemerintah sebelumnya yang terus menerus berpaling, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada rakyat Indonesia," kata Rutte.
Sebagai infrormasi Mark Rutte mengajukan pengunduran diri dari jabatan PM Belanda pada Jumat malam (7/6/2023) lantaran diterpa isu terkait pengendalian imigran, yang telah mengganggu negara-negara di seluruh Eropa selama bertahun-tahun adalah batu sandungan terakhir.
Meski penuh kontroversi, selama memimpin Mark Rutte tercatat mengeluarkan kebijakan yang cukup progresif, salah satunya adalah meminta maaf terhadap aksi kekerasan di Indonesia selama penjajahan dan perdagangan budak di Asia.