Bisnis.com, JAKARTA – Kebakaran hutan musim panas di California telah mengalami peningkatan sekitar lima kali lipat sejak tahun 1971 hingga 2021 akibat efek perubahan iklim.
Melansir Bloomberg, Selasa (13/6/2023), Para ilmuwan telah memprediksi bahwa pada 2050 mendatang, luas area yang terbakar pada musim panas akan meningkat sebanyak 50 persen.
Beberapa waktu setelah kebakaran hutan melanda Kanada, penelitian ini memberi konfirmasi lanjutan bahwa suhu yang lebih tinggi serta kondisi yang lebih kering telah meningkatkan potensi kebakaran hutan di berbagai wilayah di dunia.
Adapun penyebab yang memperburuk keadaan seperti gas rumah kaca yang dipancarkan oleh aktivitas manusia yang melanda Australia pada tahun 2019 dan 2020 dan Siberia pada tahun 2020.
Penelitian yang telah melalui proses tinjauan sejawat, yang dipublikasikan pada hari Senin di Proceedings of the National Academy of Sciences, menemukan bahwa kebakaran hutan di hutan bagian utara dan tengah California menghanguskan sebagian besar area ketika suhu tinggi dan lebih sedikit area ketika suhu lebih dingin.
Peneliti iklim di University of Murcia, Spanyol, Marco Turco bersama sejumlah rekannya merancang penelitian untuk mengidentifikasi seberapa besar peningkatan area kebakaran hutan di California yang disebabkan oleh perubahan iklim, serta seberapa besar yang disebabkan oleh faktor alam.
Baca Juga
Pada tahun 1971 hingga 2021, para peneliti melakukan analisis statistik terhadap data suhu dan kebakaran hutan di California selama musim panas.
Kemudian, mereka membuat model yang menunjukkan bagaimana beberapa dekade terakhir dapat berevolusi jika tidak ada emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa efek buatan manusia mulai melebihi apa yang priprediksi tanpa polusi gas rumah kaca setelah tahun 2001.
Tidak sedikit penelitian yang memperlihatkan dampak dari perubahan iklim terhadap kebakaran hutan di California.
Salah satu faktor utama yang disebutkan adalah kekeringan udara, yang oleh para ilmuwan disebut sebagai defisit tekanan uap. Perbedaan antara seberapa banyak uap air di udara dan seberapa banyak uap air yang dapat ditahan pada suhu tertentu.
Namun, masalah kebakaran hutan tidaklah mudah. Berbagai faktor lain turut berperan, termasuk pola hujan, tumpukan salju di musim semi, frekuensi panas yang ekstrem, hingga pengelolaan hutan yang buruk yang menyebabkan kayu yang kering dan mudah terbakar.
Apa yang Turco temukan adalah bahwa salah satu variabel tersebut merupakan penjelasan yang paling berguna untuk menjelaskan pergeseran ini: suhu, atau lebih spesifik lagi, rata-rata bulanan suhu puncak harian.
"Saya melakukan banyak tes untuk memastikan bahwa model yang sangat sederhana ini bekerja. Bagi saya, terlalu mudah dan terlalu sederhana untuk mendapatkan hasil yang kuat seperti ini," ucap Turco.
Sementara itu, ilmuwan iklim dan profesor University of California Glen MacDonald, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, berpendapat bahwa penelitian ini merupakan kajian luar biasa yang menunjukkan hubungan antara perubahan iklim antropogenik dan pengeringan iklim.
“Hubungan tersebut memang benar terjadi di California, tetapi juga terjadi di Amerika Serikat bagian barat secara umum dan meningkatkan kebakaran," kata MacDonald.
Pada bulan Mei, MacDonald memimpin tinjauan mendalam mengenai kondisi kebakaran hutan dan ilmu pengetahuan iklim di California.
Menurutnya, ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam memahami masalah kebakaran.
"Kami tahu apa yang memperburuk risiko kebakaran, namun bagaimana kami menanganinya akan berbeda dari satu lokasi ke lokasi lainnya," kata MacDonald.